Kasus Tembus 1,5 Juta, Lampu Kuning Covid-19 di Indonesia?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 March 2021 11:45
Penumpang kereta api stasiun pasar senen. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Penumpang kereta api stasiun pasar senen. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia belum bisa dianggap enteng. Jumlah pasien positif masih terus bertambah, jumlahnya ribuan saban hari.

Kementerian Kesehatan melaporkan, jumlah pasien positif corona per 29 Maret 2021 adalah 1.501.093 orang. Bertambah 5.008 orang dari hari sebelumnya.

Penambahan pasien baru memang melandai. Dalam 14 hari terakhir (16-29 Maret 2021), rata-rata pasien baru bertambah 5.432 orang per hari. Lebih rendah dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 5.981 orang setiap harinya.

Namun kewaspadaan tidak boleh kendur. Virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini menyukai mereka yang lalai, acuh, dan tidak patuh protokol kesehatan (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan).

Kini pandemi virus corona di Tanah Air sudah mencapai milestone baru yaitu jumlah pasien menembus 1,5 juta orang. Ada sejumlah indikator yang membuat kita mesti waspada, lampu kuning, karena kalau tidak hati-hati maka kasus positif bisa 'meledak' sewaktu-waktu.

Halaman Selanjutnya --> Mobilitas Warga Mulai Naik

Pertama adalah tingkat mobilitas manusia. Virus corona akan lebih mudah menyebar kala terjadi peningkatan kontak dan interaksi antar-manusia, yang dicerminkan oleh kenaikan frekuensi mobilitas.

Mengutip data Apple Mobility Index, rata-rata indeks mobilitas masyarakat Indonesia dengan berkendara dalam 14 hari terakhir adalah 100,3. Artinya, mobilitas warga dengan cara mengemudi sudah di atas kondisi normal, lebih tinggi dari masa sebelum pandemi.

Mobilitas dengan berjalan kaki pun meningkat, meski belum menyamai level pra-pandemi. Rata-rata indeks mobilitas dengan berjalan kaki dalam dua pekan terakhir adalah 74,34. Naik tipis dibandingkan rerata dua minggu sebelumnya yaitu 74,38.

Tren peningkatan mobilitas ini yang mungkin membuat pemerintah melarang aktivitas mudik lebaran. Mudik, yang merupakan puncak pergerakan masyarakat Ibu Pertiwi, akan membuat mobilitas semakin meningkat sehingga membuat risiko penyebaran virus semakin tinggi.

Kedua adalah tingkat reproduksi efektif (Rt) virus corona. Jika Rt masih lebih dari 1, maka rantai penularan belum terputus karena seorang pasien positif bisa menulari orang lain.

Berdasarkan catatan Bonza per 30 Maret 2021 pukul 10:36 WIB, masih ada 12 provinsi yang punya Rt di atas 1. Itu adalah 35% dari total provinsi di Indonesia, jumlah yang tidak bisa dianggap remeh.

Halaman Selanjutnya --> Vaksin Sudah Ada, Tapi Jangan Terlena!

Memang sekarang sudah ada vaksin anti-virus corona. Jumlah penduduk yang sudah menerima vaksin pun semakin bertambah.

Per 27 Maret 2021, jumlah vaksin yang sudah disuntikkan ke lengan rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah 10,43 juta dosis. Indonesia menempati urutan ke-9 dunia dalam hal vaksinasi.

coronaSumber: Our World in Data

Namun ingat, vaksin hanya mengurangi risiko penularan. Vaksin CoronaVac bikinan perusahaan farmasi asal China, Sinovac, yang menjadi andalan vaksinasi di Indonesia punya tingkat efikasi 65,3%. Artinya, vaksin akan membuat risiko seseorang tertular virus corona turun 65,3%.

Selain itu, vaksin baru benar-benar efektif apabila sebagian besar populasi sudah menerimanya. Saat sebagian besar populasi (setidaknya 60%) sudah divaksin dan membentuk imunitas, maka akan tercipta kekebalan kolektif (herd immunity) dan rantai penularan akan terputus.

Sampai itu terjadi, kedisiplinan dalam menjalankan protokol kesehatan jangan sampai kendur. Yakinlah bahwa kesusahan ini ada ujungnya, suatu saat nanti hidup akan normal dan indah lagi. Namun belum sekarang, sabar dulu ya...

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article WHO Sampai Ikut Pelototi Corona Jakarta! Parah Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular