Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah 2020 yang... ya begitu lah, 2021 tentu membawa harapan baru. Peluang kebangkitan ekonomi Indonesia terbuka lebar, yang kompak digemakan oleh lembaga-lembaga internasional.
Tahun lalu boleh dibilang adalah periode terkelam dalam perekonomian Indonesia sejak krisis multi-dimensi 1997-1998 yang dikenal dengan sebutan krisis moneter alias krismon. Pada 2020, Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh negatif atau terkontraksi 2,07%. Ini adalah pencapaian terendah sejak 1998.
Kalau krisis 1998 berpusat di sektor keuangan, kali ini berbeda. Adalah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang menjadi biang keladi. Berawal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China, virus ini menyebar ke lebih dari 200 negara dan teritori. Ratusan juta orang jatuh sakit dan jutaan di antaranya meninggal dunia.
Per 28 Maret 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona di seluruh negara adalah 126.359.540 orang. Bertambah 565.997 orang dari hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (15-28 Maret 2021), rata-rata penambahan pasien baru adalah 508.187 orang per hari. Jauh lebih tinggi dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 414.792 orang setiap harinya.
Korban jiwa juga semakin bertambah. Per 28 Maret 2021, pasien meninggal akibat virus corona di seluruh negara berjumlah 2.769.473 orang. Bertambah 9.997 orang dari hari sebelumnya.
Selama dua pekan terakhir, rata-rata pasien tutup usia bertambah 8.918 orang per hari. Naik dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 8.572 orang per hari.
Di Indonesia, pagebluk virus corona pun masih membayangi. Per 28 Maret 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona di Tanah Air adalah 1.496.085 orang. Bertambah 4.083 orang dari hari sebelumnya.
Selama 14 hari terakhir, rata-rata tambahan pasien positif tercatat 5.474 orang per hari. Melandai dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 6.059 orang per hari.
Sedangkan jumlah pasien meninggal akibat virus corona di Indonesia per 28 Maret 2021 adalah 40.449 orang. Bertambah 85 orang dari hari sebelumnya.
Dalam dua pekan terakhir, rata-rata penambahan pasien positif adalah 145 orang per hari. Turun dibandingkan rata-rata dua minggu sebelumnya yakni 161 orang setiap harinya.
Satu nyawa tidak ternilai harganya. Satu orang meninggal sudah terlalu banyak...
Halaman Selanjutnya --> Harapan itu Nyata!
Namun harapan bagi Indonesia tidak punah. Berbagai lembaga internasional memperkirakan ekonomi Indonesia kembali tumbuh positif.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan PDB Indonesia tumbuh 4,8% pada 2021. Kemudian Bank Dunia punya proyeksi 4,4%, dan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) di 4,9%.
Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, punya pandangan yang lebih optimistis. Airlangga akan berupaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi 5%.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 diperkirakan mencapai 4,5-5,3%. Presiden minta dijaga di level 5%. Untuk 2022 targetnya 4,8-6%," tegas Airlangga belum lama ini.
Apa yang bisa mengantar ekonomi Indonesia tumbuh 5% tahun ini?
Pandemi virus corona adalah krisis kesehatan yang kemudian berimbas menjadi masalah sosial-ekonomi. Jadi kalau urusan pandemi belum kelar, maka sulit untuk membuat ekonomi bisa kembali 'berlari'.
Sejauh ini, angka penularan atau infeksi baru terus menurun sebagaimana diulas di atas, sementara vaksinasi terus melaju dan menjadi salah satu yang tercepat di Asia Tenggara. Semakin cepat kekebalan kolektif atau herd immunity terbentuk, maka semakin besar pula peluang ekonomi berjalan kembali normal.
Our World in Data mencatat, total vaksin yang telah disuntikkan ke lengan rakyat Ibu Pertiwi per 27 Maret 2021 adalah 10,43 juta dosis. Indonesia berada di peringkat ke-9 dunia dalam hal vaksinasi.
 Sumber: Our World in Data |
"Indonesia telah mengamankan lebih dari 420 juta dosis vaksin untuk 180 juta penduduk Indonesia," ungkap Airlangga, yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) beberapa waktu lalu. Sebagai informasi, 180 juta penduduk adalah target yang harus dicapai untuk mewujudkan herd immunity.
Airlangga memaparkan, pemerintah telah mengamankan vaksin Sinovac sebanyak 125,5 juta dosis, Novavax 52 juta dosis, Covax/Gavi 54 juta dosis, AstraZeneca-Universitas Oxford 59 juta dosis, dan Pfizer 50 juta dosis. Ini baru untuk kebutuhan 2021, Airlangga menyatakan pemerintah sudah mengamankan vaksin Novavax 22 juta dosis, Covax/Gavi 24 juta dosis, AstraZeneca-Universitas Oxford 23,8 juta dosis, dan Pfizer 16,49 juta dosis untuk 2022.
Sementara untuk mengurangi risiko penularan virus corona, kebijakan yang dikedepankan adalah pembatasan sosial (social distancing). Seperti influenza, virus corona lebih mudah menular ketika terjadi kontak dan interaksi antar-manusia yang erat dan dekat. Oleh karena itu, kalau bisa jangan ada aktivitas yang mengumpulkan banyak orang, apalagi di ruang tertutup.
Dunia pun berubah. Kegiatan belajar-mengajar tidak dilakukan di sekolah tetapi jarak jauh dengan bantuan teknologi informasi. Aktivitas di tempat kerja pun dikurangi, sebagian karyawan masih berkarya dari rumah (work from home). Kunjungan ke pusat perbelanjaan, restoran, rumah ibadah, hingga lokasi wisata dibatasi. Dan sebagainya, dan lain-lain.
Pembatasan sosial bertujuan untuk menyelamatkan nyawa. Namun 'harga' yang harus dibayar tidak murah, ekonomi menjadi 'mati suri'. Ini yang membuat Indonesia dan banyak negara lain terjerumus ke 'jurang' resesi.
Di tengah situasi demikian, pemerintah memberikan sejumlah insentif pajak untuk mendongkrak daya beli. Caranya adalah memberikan insentif Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk perumahan.
Artinya, masyarakat yang ingin membeli mobil dan rumah tidak perlu membayar pajak karena sudah 'ditalangi' pemerintah. Airlangga mengungkapkan insentif ini bisa mendongrak penjualan mobil hingga kembali mendekati 1 juta unit. Sebagai informasi, penjualan mobil sepanjang 2020 adalah 532.027 unit.
Dengan penjualan mobil yang kembali mendekati 1 juta unit, Airlangga menyatakan Indonesia bisa kompetititf ketika masuk ke pasar ekspor. Selain itu, pembiayaan oleh sektor keuangan juga meningkat sehingga menumbuhkan pertumbuhan kredit plus pertumbuhan ekonomi.
"Kita ingin agar utilisasi maupun penjualan kita kembali ke level mendekati 1 juta. Kalau mendekati 1 juta, maka industri ini juga dapat melakukan ekspor secara bersaing. Kemudian sektor ini yang dilakukan financing sekitar Rp 360-an triliun satu tahun. Jadi tentu ketika kapasitas atau penjualan sektor otomotif dan properti cukup baik dan mendorong daya beli masyarakat, secara langsung bisa menambahkan pertumbuhan 0,9-1% dengan multiplier effect-nya," papar Airlangga.
TIM RISET CNBC INDONESIA