Capek Sama Corona? Ini Ramalan Kapan Hidup Normal Versi IMF

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 March 2021 12:15
Ilustrasi Perawat. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Perawat. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Dari krisis kesehatan, pagebluk virus corona berubah menjadi masalah sosial-ekonomi. Sebab penyebaran virus coba diatasi dengan pembatasan sosial (social distancing).

Intinya, manusia harus berjarak satu dengan lainnya. Jangan sampai ada aktivitas yang bisa menimbulkan peningkatan interaksi dan kontak antar-manusia. Ini membuat kegiatan perkantoran, belajar-mengajar, sampai ngopi-ngopi cantik di kafe terhambat.

Aktivitas dan mobilitas masyarakat yang menurun drastis membuat ekonomi tidak berputar sesuai kapasitasnya. Ibarat mobil, hanya bisa dipacu maksimal 50 km/jam. Pandemi mengantam dua sisi ekonomi sekaligus, pasokan dan permintaan, dan melahirkan resesi.

Saat pasokan dan permintaan bermasalah, dunia usaha tentu harus melakukan efisiensi untuk bertahan hidup. Salah satu caranya adalah dengan pengurangan karyawan, baik dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau dirumahkan (furlough).

Di negara-negara Uni Eropa, tingkat pengangguran sejak November 2020 hingga Januari 2021 bertahan di 7,3%. Meski sudah turun dari posisi terparah di 7,8% yang dicapai pada Agustus 2020, tetapi masih jauh di atas level pra-pandemi yang sekitar 6%.

Halaman Selanjutnya ---> Kapan Hidup Bisa Normal Lagi?

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular