
China Sukses Imlek #dirumahaja, Maukah Kita Lebaran No Mudik?

Sekarang mari beralih ke Indonesia. Di Indonesia fenomena mudik juga terjadi. Momennya adalah hari raya Idul Fitri. Saat lebaran biasanya ada eksodus belasan juta orang dari Jabodetabek ke wilayah-wilayah lain.
Tahun lalu saat pandemi Covid-19 juga sedang 'meledak' fenomena eksodus juga masih terjadi. Inkonsistensi kebijakan dari pemerintah antara kementerian membuat publik bingung. Dampaknya pun serius. Kasus Covid-19 langsung melesat tajam dua minggu setelah lebaran usai.
Tahun ini, lebaran akan jatuh di pertengahan bulan Mei. Tepatnya pada 12-13 Mei. Biasanya arus mudik akan terpantau dua minggu sebelum dan arus balik dua minggu sesudahnya.
Artinya kurang dari dua bulan lagi kata mudik akan berseliweran di berbagai pemberitaan media. Program vaksinasi berpotensi membuat masyarakat lebih berani untuk mudik.
Namun ada hal yang perlu dikhawatirkan. Pasalnya virus Corona jenis baru penyebab Covid-19 yaitu SARS-CoV-2 terus bermutas. Mutan paling baru adalah B117 yang merebak di Inggris. Belum diketahui apakah varian baru ini lebih mematikan atau tidak. Namun beberapa penelitian menyebutkan bahwa varian ini jauh lebih menular.
Seramnya lagi, mutan B117 sudah ditemukan di Indonesia. Tentu saja ini adalah hal yang harus diantisipasi baik oleh pemerintah maupun masyarakat luas. Rencana mudik kembali menuai dilema.
Kendati vaksinasi tetap memiliki peran dalam menurunkan jumlah kasus infeksi. Namun jika laju vaksinasi masih lambat dan tidak dibarengi dengan kebijakan sesuai seperti pembatasan publik yang efektif, kasus bisa kapan saja meledak. Apalagi jika tes Covid-19 kembali digeber.
Saat ini pemerintah kembali dihadapkan pada dilema. Ketika mau mencontoh China, ekonomi bisa terus terpuruk. Namun jika dibiarkan saja maka kasus meledak. Seperti kata pepatah, bak makan buah simalakama. Dimakan ibu mati tak dimakan bapak mati. Dibiarkan orang mati, tak dibiarkan ekonomi mati.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]