Bisa Nggak Sih RI Lepas dari Kecanduan Impor BBM Hingga LPG?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
08 March 2021 13:40
Direktur Jenderal Migas Djoko Siswanto memberi keterangan pers tentang Penurunan Harga dan Kebijakan Formula Harga BBM Umum di Ruang Sarulla Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Minggu (10/2).
Foto: Djoko Siswanto (Muhammad Sabki/CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemenuhan kebutuhan energi Indonesia masih banyak dipenuhi melalui impor. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan Indonesia masih ketergantungan impor pada tiga komoditas energi fosil.

Di antaranya liquefied petroleum gas (LPG), minyak mentah, dan bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin. Bahkan dia menyebut importasi lebih dari 50% dari kebutuhan.

Djoko menyebut pemerintah terus berupaya mencapai ketahanan dan kemandirian energi. Hal itu ditandai dengan upaya menekan impor pada tiga komoditas tersebut, bahkan ditargetkan sampai tidak impor sama sekali.

"Komoditi impor LPG, BBM Bensin, dan minyak mentah angkanya yang semakin turun, ada target sampai nol. Kalau nggak impor lagi, ketahanan dan kemandirian energi Indonesia semakin baik," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia dalam program Squawk Box, Senin, (08/03/2021).

Lalu bagaimana cara menekan impor tiga komoditas tersebut?

Djoko menjelaskan untuk menekan impor minyak mentah sudah ada program produksi 1 juta barel per hari (bph) oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan Pertamina.

"Kita sudah mulai kurangi impor BBM jenis bensin dan solar. Alhamdulillah solar sukses kurangi impor dengan Biodiesel 30% (B30) dan untuk bensin kita ada program Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG)," jelasnya.



Selain itu, pemerintah juga punya program kendaraan listrik. Saat ini, menurut Djoko, sudah ada sembilan produsen di dalam negeri yang menjual motor listrik. Menurutnya 60% konsumen bensin adalah motor.

"Kendaraan listrik sebagian sudah dijual di Indonesia produksi Hyundai, Nissan, bahkan Grab dan taksi, kendaran dinas Kemenhub juga (pakai kendaraan listrik)," paparnya.

Kemudian untuk menekan impor LPG dilakukan dengan membangun jaringan gas (jargas) kota. Meski investasinya mahal, namun program ini terus didorong demi menekan impor LPG.

Selain itu, imbuhnya, pemanfaatan kompor listrik juga terus didorong. PLN punya target 1 juta kompor listrik. Namun sayangnya penggunaan kompor listrik baru bisa digunakan oleh pemilik daya 1.300 watt ke atas.

Daya kompor listrik masih cukup tinggi yakni 1.000 watt hingga 2000 watt. Diharapkan ke depan akan ada kompor listrik dengan daya yang lebih rendah yakni di bawah 1.000 watt.

"Sehingga pelanggan 450-900 nggak bisa gunakan penambahan daya. Kita harap bisa dibantu PLN dan pemerintah," ungkapnya.

Tidak hanya kompor listrik demi menekan impor LPG pemerintah juga mendorong hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk substitusi LPG.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Beralih ke Mobil Listrik, Impor BBM Turun Ratusan Ribu Barel!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular