E-Commerce Bunuh UMKM: Data Impor Gini, Wajar Jokowi Murka!

Namun bukan berarti semua baik-baik saja. Dalam lima tahun terakhir, impor barang konsumsi tumbuh rata-rata 6,88% per tahun. Jauh lebih cepat ketimbang pertumbuhan impor bahan baku/penolong (0,41%) dan barang modal (0,06%). Jadi ada kecenderungan di perekonomian Indonesia bahwa ada yang lebih suka jadi pedagang dan importir ketimbang industriawan.
Lutfi mencontohkan salah satu barang konsumsi yang banyak diimpor dan memukul UMKM dalam negeri adalah pakaian jadi (clothing). Produk ini memiliki kode HS 84.
Pada 2020, nilai impor HS 84 adalah US$ 773,76 juta. Memang anjlok 22,24% dibandingkan 2019, tetapi itu karena keseluruhan ekonomi memang anjlok akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Dalam lima tahun terakhir, rata-rata nilai impor HS 84 tumbuh 7,89% per tahun.
Namun impor barang konsumsi terbesar adalah makanan dan minuman olahan. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan nilai impor produk tersebut pada 2020 adalah US$ 3,05 miliar.
Dibandingkan dengan 2019, seperti halnya pakaian jadi, memang terjadi penurunan 8,96%. Namun dalam lima tahun terakhir, rerata pertumbuhan impor produk ini adalah 2,34% per tahun.
Halaman Selanjutnya --> Mau Tekan Impor, Industri Harus Kuat
(aji/aji)