Mau Bebas Emisi Karbon, RI Harus Pensiunkan PLTU, Bisa?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
02 March 2021 19:35
PLTU Tanjung Jati B (Dok. PLN)
Foto: PLTU Tanjung Jati B (Dok. PLN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perjanjian Paris menyepakati pengurangan emisi gas rumah kaca sampai nol persen pada 2050 mendatang. Namun, untuk mencapai target ini, perlu langkah tegas mengurangi pemakaian energi fosil, salah satunya batu bara untuk sektor ketenagalistrikan.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa bahkan berpendapat operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara harus dihentikan untuk mencapai target bebas karbon pada 2050 ini.

Menurutnya, ini berdasarkan rekomendasi Badan Energi Internasional (International Energy Agency/ IEA) yang menyatakan jika mau mencapai emisi nol persen pada 2050, maka semua PLTU subcritical tidak lagi beroperasi.

"Kita punya waktu yang pendek transformasi energi kita. Pada intinya, transisi energi perlu perencanaan dan persiapan karena ada dampak dan konsekuensi. Net zero emission harus dirancang dengan baik," paparnya dalam 'Kompas Talks bersama IESR' melalui kanal YouTube, Selasa (02/03/2021).

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa PT PLN (Persero) sebagai penyedia 95% pasokan energi Indonesia, menyoroti transisi energi ini juga akan berdampak pada PLN.

"Kita hanya punya waktu kurang dari 20 tahun melakukan transformasi sistem energi. Kita bangun infrastruktur energi bersih dan pada saat bersamaan dorong investasi pada skala yang lebih besar," paparnya.

Indonesia punya target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 mendatang. Khususnya di sektor kelistrikan, perlu kerja ekstra keras pemerintah. Pasalnya, kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT harus bertambah 2.000-3.000 mega watt (MW) per tahun hingga 2025.

Sementara selama ini penambahan kapasitas pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan ini setiap tahunnya hanya bertambah 500-600 MW per tahun dalam lima tahun terakhir.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan harus ada penambahan kapasitas pembangkit listrik EBT sampai dengan 4x lipat per tahunnya.

"Kita harus implementasikan penambahan kapasitas pembangkit listrik EBT 2,3,4 kali lipat per tahun dari implementasi saat ini," kata Dadan dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (22/02/2021).


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 2021 Ekonomi Pulih, Konsumsi Batu Bara Dunia Bisa Naik 2,6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular