2021 Ekonomi Pulih, Konsumsi Batu Bara Dunia Bisa Naik 2,6%

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
18 December 2020 20:00
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Energi Internasional (International Energy Agency/ IEA) memperkirakan konsumsi batu bara dunia pada 2021 naik sebesar 2,6%, sejalan dengan perkiraan semakin membaiknya kondisi perekonomian global.

Berdasarkan laporan IEA, pihaknya memperkirakan peningkatan permintaan batu bara pada tahun depan meningkat karena adanya peningkatan permintaan listrik dan kegiatan industri.

"Akibatnya, kami memperkirakan permintaan batu bara global akan meningkat sebesar 2,6%, dipimpin oleh China, India, dan Asia Tenggara," tutur laporan IEA dikutip Jumat (18/12/2020).

Harga gas alam dan permintaan listrik yang lebih tinggi akan memperlambat penurunan struktural konsumsi batu bara di Uni Eropa dan Amerika Serikat, yang keduanya mungkin melihat konsumsi batu bara mereka malah tumbuh untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade terakhir.

Sementara pada 2025, permintaan batu bara global diperkirakan akan stabil sekitar 7,4 miliar ton. Tren permintaan batu bara diperkirakan akan bervariasi menurut wilayah selama lima tahun ke depan.

Meski pada 2021 konsumsi batu bara di Eropa dan Amerika Utara diperkirakan tumbuh, namun setelah 2021 trennya diperkirakan akan terus mengalami penurunan. Meski demikian, karena konsumsi batu bara gabungan dari Uni Eropa dan Amerika Serikat saat ini hanya mewakili sekitar 10% dari konsumsi batu bara global, maka penurunan lebih lanjut di pasar tersebut tidak akan memiliki pengaruh signifikan di tingkat global.

Di China, permintaan batu bara mencapai titik tertinggi, meskipun perkiraan pada 2025 perlu ditinjau ulang setelah dikeluarkannya Rencana Lima Tahun ke-14 pemerintah China. Janji China untuk mencapai netralitas karbon sebelum 2060 membutuhkan peta jalan jangka panjang untuk memungkinkan kelancaran transisi ekonomi yang mengkonsumsi 4 miliar ton batu bara setiap tahunnya ini.

Sementara India dan beberapa negara lain di Asia Selatan dan Asia Tenggara diperkirakan akan meningkatkan konsumsi batu bara hingga 2025 karena produksi meningkat dan adanya sejumlah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara baru.

Di India, bagaimanapun, prospek permintaan hingga 2025 jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu sebagai akibat dari pandemi. Pada 2025, ASEAN akan menjadi kawasan konsumen batu bara terbesar ketiga, melampaui Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Pada 2020, beberapa negara membuat komitmen untuk mengurangi penggunaan batu bara pada tahun-tahun mendatang seperti Korea dan Jepang, mengurangi rencana ekspansi batu bara seperti di Vietnam, Bangladesh, dan Filipina, serta pembatalan rencana pengembangan batu bara di Mesir.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Bongkar Muat Batu Bara di Tanjung Priok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular