
Orang Kaya Beli Rumah-Mobil Bebas Pajak, Kaum Papa Dapat Apa?

Mengutip data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), total simpanan nasabah dengan nominal di bawah Rp 100 juta pada Desember 2020 bernilai Rp 954,26 triliun. Naik 8,06% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Nominal simpanan di tier lainnya juga meningkat, tetapi masih dalam kisaran satu digit.
Namun yang tertinggi adalah peningkatan simpanan kelompok masyarakat atas, yang punya tabungan di atas Rp 5 miliar. Pada Desember 2020, total nilai simpanan berisi Rp 5 miliar ke atas adalah 3.206,55 triliun. Naik 14,19% YoY.
Artinya, orang-orang kaya memilih menaruh uangnya di bank ketimbang melakukan konsumsi. Padahal 'jajan' mereka sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Begitu orang-orang tajir ini 'keluar kandang' dan membelanjakan uangnya, maka roda ekonomi akan berputar lebih cepat sehingga Indonesia bisa segera lepas dari jerat resesi.
Namun untuk mendongrak konsumsi orang kaya tentu jangan diberi Bantuan Langsung Tunai (BLT). Mereka harus dirangsang agar mau melakukan konsumsi, jangan hanya bermain aman dengan menaruh uang di bank.
Seperti kata Sri Mulyani, orang-orang kaya ini harus diyakinkan, diberi confidence. Caranya ya itu tadi, memberikan keringanan pajak agar mereka mau membeli barang-barang tahan lama (durable goods) yang harganya pun tidak murah.
Otomotif dan properti adalah sektor yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor-sektor lain. Kala penjualan mobil meningkat, maka permintaan besi baja, karet, plastik, sampai kredit perbankan akan terangkat. Begitu juga kala penjualan properti naik, yang namanya semen, batu, kayu, besi baja, furnitur, perlengkapan elektronik, dan kredit perbankan juga ikut terungkit. Di situ ada ribuan atau bahkan lapangan kerja.
Baca: Amsyong, Penjualan Mobil 2020 Anjlok Seanjlok-anjloknya!
Insentif pajak bagi kelas menengah-atas bukan hal yang baru pada masa pandemi ini, negara lain juga melakukannya. Salah satunya Korea Selatan (Korsel).
Pada 2020, penjualan mobil di Negeri Ginseng tumbuh 4,8% YoY. Mengutip riset GlobalData, adalah permintaan domestik yang membuat penjualan mobil mampu tumbuh. Penyebabnya adalah insentif pajak dari pemerintah.
Pemerintah Korsel memberikan diskon pajak terhadap 70% jenis yang dibebankan kepada konsumen yang membeli pada periode Maret-Juni 2020. Kemudian sampai Desember 2020, program diskon pajak dilanjutkan tetapi dikurangi menjadi 30% dari seluruh pajak yang dibayar oleh konsumen.
Mengutip Pulsenews, konsumen bisa berhemat sampai KRW 1,43 juta atau sekira Rp 18,34 juta kala membeli mobil baru. Tergiur dengan harga yang lebih murah, konsumen pun mau membeli mobil sehingga penjualan tumbuh positif.
"Dengan produsen di Korsel yang berencana mengeluarkan model baru dan gencarnya promosi, bukan tidak mungkin penjualan mobil bisa melanjutkan tren positif. Insentif pajak sepertinya masih menjadi pendorong utama," kata Bakar Sadik Agwan, Senior Automotive Consulting Analyst di GlobalData.
Halaman Selanjutnya --> Orang Miskin Dapat Apa Dong?
(aji/aji)