Internasional
Malapetaka Myanmar, 18 Orang Tewas Sehari di 'Tangan' Junta

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi Myanmar makin mencekam. Dalam kerusuhan yang terjadi Minggu (28/2/2021), setidaknya 18 orang tewas dan 30 lainnya luka-luka karena pasukan keamanan menembakkan senjata ke pengunjuk rasa anti kudeta.
Ditulis AFP, tercatat penembakan fatal terjadi di empat kota di seluruh negeri. Reuters menyebutnya merupakan hari 'paling berdarah' dalam upaya junta militer membendung kampanye 'pembangkangan sipil'.
Tiga pria tewas dan sedikitnya 20 lainnya terluka di Pantai Selatan Dawei. Petugas penyelamat mengatakan korban ditembak dengan peluru tajam dan yang terluka terkena peluru karet.
"Lebih banyak orang terluka terus berdatangan," kata Pya Zaw Hein ke AFP.
Dua remaja juga ditembak di Bago, dua jam berkendara dari kota bisnis Yangon. Seorang supir ambulan mengatakan salah satunya masih berusia 18 tahun.
Sementara di Yangon, seorang pria 23 tahun juga ditembak mati di timur kota. Pajabat PBB mengatakan total lima orang terbunuh.
"Istri (korban) patah hati, dia hamil tiga bulan," kata seorang saksi pekerja sosial yang mengunjungi keluarga korban.
Di kota lainnya Mandalay, seorang dokter mengatakan ada dua pria tewas karena luka tembak. Ratusan orang dikabarkan ditangkap pada Minggu malam dan diangkut ke penjara Insein, simbol hukuman kediktatoran junta terdahulu saat berkuasa 49 tahun, sebelum berganti sipil di 2011.
Seorang jurnalis yang mendokumentasikan serangan juga dipukuli dan ditahan di kota Myitkyina, sebagaimana dikutip outlet The 74 Media. Seorang reporter juga ditembak dengan peluru karet saat demo terjadi di kota Pyay.
Demo anti kudeta yang menuntut pembebasan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi telah terjadi sebulan di Myanmar. Hingga kini sudah ada total 22 jiwa pengunjuk rasa anti kudeta melayang karena tindakan aparat.
Pemerintah sendiri mencatat satu orang polisi tewas dalam kerusuhan kemarin. Namun belum ada komentar lain dari pihak berwenang.
Sementara itu, media yang dikelola negara Global New Light of Myanmar yang dikelola negara menyalahkan massa dan menyebutnya anarkis.
"Tindakan pasti diambil terhadap pengunjuk rasa yang rusuh" kata aparat dalam sebuah pernyataan. Selain tembakan senjata, aparat juga dikatakan membubarkan protes dengan gas air mata dan granat setrum.
Halaman 2>>