Sarjana Terapan D4 Jadi Terobosan Link & Match di RI

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
26 February 2021 18:53
Sarjana Terapan, Solusi Persoalan Dunia Usaha & Dunia Industri (CNBC Indonesia TV)
Foto: Sarjana Terapan, Solusi Persoalan Dunia Usaha & Dunia Industri (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia- Lulusan sarjana terapan atau D4 dapat menjadi jawaban untuk industri masa depan. Terutama dengan peningkatan kompetensi dan pernikahan massal antara kampus vokasi dengan dunia industri.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto mengatakan sarjana terapan adalah solusi dari berbagai problem yang dirasakan banyak pihak. Dia menyebutkan dari sisi user industri dengan adanya lulusan D4 maka akan mendapatkan lulusan yang lebih kompeten dengan soft skillnya lebih kuat.

"Jadi sarjana terapan kan 60% kuliahnya praktik, tapi mereka memiliki soft skillnya lebih kuat seperti kemampuan komunikasi project base learning, leadership, mengkreasi riset terapan jd produk berangkat dr permasalah nyata. Jadi sebenarnya kalau D3 bisa dibilang tanggung," kata Wikan dalam dalam Webinar Sarjana Terapan, Jawaban Industri Masa Depan, Jumat (26/02/2021).

Sarjana terapan mendapatkan kesempatan magang 1-2 semester di Industri, yang kurikulumnya sudah sejak awal dibuat di industri. Sehingga ketika masuk ke industri, tidak perlu melakukan pelatihan tambahan dan soft skill yang dimiliki tetap kuat.

Kemudian dari sisi calon mahasiswa, penguatan sarjana terapan pun memiliki keuntungan tersendiri. Wikan mengatakan biasanya peserta didik masuk D3 karena terpaksa, sehingga tidak ada gairah ataupun pasionnya, begitu juga ketika sudah lulus.

"Kalaupun lulusan D3 kerja pasti sadar kok tidak naik pangkat kemudian dia keluar ekstensi S1, yang rugi siapa ya industri, karena sudah melatih susah-suah kemudian ditinggal S1," katanya.

Dengan penguatan ini, maka anak-anak SMK/SMA yang masuk sudah dengan niat dan sesuai dengan minatnya. Solusi lainnya adalah yakni mengakselerasi D2 untuk sisi yang lebih teknikal, jika D3 upgrade menjadi D4 wajib bersama industri.

"Untuk D2, akan kami kejar dengan program SMK D2 fast track. SMK ditambah 3 semester full magang dual sistem. SMK dinikahkan dengan politeknik atau kampus vokasi nanti itu bisa buat welding engineer, chef, atau operator," ujar Wikan.

Direktur Human Capital & Management PT PLN (Persero) Syofvi Felianty Roekman mengatakan sarjana terapan atau D4 vokasi harus terencana dari awal, seperti kurikulum yang dibuat bersama, hingga proses belajar mengajar, dan tahap seleksi. DI PLN, setelah direkrut ada job training dengan waktu yang dipersingkat dari normal 9 bulan mahasiswa D4 bisa hanya 4,5 bulan.

Dia menyebutkan hal ini menjadi efisiensi di internal PLN, dan sudah merekrut 11 pegawai dari program tersebut. Tantangannya adalah dalam situasi pandemi Covid-19 ini timbul pertanyaan apakah PLN akan merekrut sebanyak yang direncanakan sebelumnya.

"Ini juga bisa disesuaikan dengan masa depan bisnis PLN yang renewable energy, kita bisa memberikan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan PLN masa depan," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Country Manager Jobstreet Faridah Lim mengatakan kesempatan untuk sarjana terapan baru 4% dari sekitar 5.000-an lowongan yang ada karena biasanya tidak menyertakan secara spesifik. Ada tren bagi dunia industri D3 dan D4 tidak menyertakan perbedaan secara spesifik antara kualifikasi kedua lulusan tersebut.

"Perlu edukasi bagi dunia industri bahwa sarjana terapan siap pakai, dan ini kami ingin dikomunikasikan dengan dunia industri yang lulusannya siap pakai sehingga bisa lebih cepat penyerapannya," ujar Faridah.

Sementara dari pelamar, lulusan D4 tidak memiliki kelompok tersendiri dan masih sebatas S1 atau D3.

"Ini masukan untuk kami agar memasukan kelompok D4 di kualifikasi pelamar sehingga tidak sebatas S1 dan D3 saja," kata dia.

Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal mengatakan ada perbedaan suplai tenaga kerja dengan permintaan dari sisi industri. Dari sisi suplai semakin tinggi pendidikannya makin sedikit lulusannya, tapi dari sisi demand masih berbeda. Berdasarkan tingkat pendidikan pengangguran yang meningkat ada SLTA, SMK, dan Sarjana, sementara diploma pengangguran justru menurun.

Pada 2018 pengangguran SMK 1,2 juta dan 2020 menjadi 2,3 juta, untuk Sarjana 2018 sebanyak 710 ribu dan di 2020 naik menjadi 900 ribu. Kemudian Diploma di 2018 ada 443 ribu pengangguran, ketika pandemi di 2020 malah menjadi 305 ribu.

"Ini pentingnya dari melihat lulusan inilah yang lebih cocok dengan dunia industri dengan melihat tren ke depan, dengan banyaknya perusahaan yang masuk, kebutuhan yang siap pakai semakin tinggi," ujar Faisal.

Tren global pun sama, pertama dengan perkembangan teknologi kebutuhannya mengarah pada skill yang melek teknologi di semua sektor. Kemudian tren globalisasi, artinya perpindahan antar negara semakin mudah yang harus diantisipasi. Lalu, tren dari sisi demografi, dengan bonus demografi di Indonesia maka tantangan penciptaan lapangan kerja semakin berat.

"Jadi kompetensi yang mana paling cepat bisa menjawab kebutuhan industri itulah yang bisa diserap di dunia industri," ujarnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ikuti Kelas Offline, Ajang Lulusan Vokasi Menambang Ilmu Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular