
Biden Telepon Pangeran Salman, Putra Mahkota Arab Masuk RS

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akhirnya menelepon sekutu negeri itu di Timur Tengah, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud, Kamis (25/2/2021). Panggilan telepon ini merupakan yang pertama sejak Biden menjabat sebagai pemimpin Paman Sam, 20 Januari 2021.
Komunikasi keduanya terjadi di tengah gencarnya laporan intelijen AS soal keterlibatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Ia disebut memiliki kontribusi utama, menyetujui dan memerintahkan pembunuhan yang terjadi di konsulat Arab Saudi Oktober 2018 itu.
"Mereka membahas komitmen AS untuk membantu Arab Saudi mempertahankan wilayahnya saat menghadapi serangan dari kelompok-kelompok yang berpihak pada Iran," kata Gedung Putih, dikutip dari AFP, Jumat (26/2/2021).
![]() FILE PHOTO: Saudi Arabia's King Salman bin Abdulaziz Al Saud talks during the opening of 29th Arab Summit in Dhahran, Saudi Arabia April 15, 2018. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY/File Photo |
Namun, Biden juga menegaskan pentingnya menempatkan hak asasi manusia (HAM) secara universal dan supremasi hukum. Seruan ini disebut terkait investigasi kasus pembunuhan Khashoggi yang akan dirilis segera.
"Ada serangkaian tindakan yang akan dilakukan. Tetapi langkah pertama adalah agar Presiden berbicara (terlebih dahulu) dengan Raja," kata kantor Kepresidenan AS itu.
Sementara itu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price mengatakan pemerintah AS akan mendorong adanya pertanggungjawaban atas kematian Khashoggi, yang disebutnya 'kejahatan mengerikan'. Menurutnya ini jadi elemen penting menuju transparansi.
"Akuntabilitas," tegasnya.
Mengenai dampak hubungan dengan Arab Saudi secara keseluruhan, Prince mengatakan Biden telah meninjau secara menyeluruh. Terutama, kata dia, yang terkait kepentingan dan nilai-nilai AS.
Investigasii pembunuhan koresponden Washington Post tersebut sudah dipaparkan ke Kongres 2018 lalu. Namun mendapat pengabaian dari presiden sebelumnya, Donald Trump.
MBS dianggap sebagai pemimpin de facto Arab Saudi karena kesehatan raja yang rentan. Belum ada komentar dari pemerintah Arab Saudi soal ini.
Halaman 2>>>
