
Biden 'Serang' Pangeran Arab, Hubungan AS-Saudi Lampu Merah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris pers Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan pesan yang mengejutkan kepada pemimpin de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Gedung Putih mengatakan pada konferensi pers, menggunakan bahasa diplomatik, bahwa hubungan AS-Saudi dalam 'penurunan'.
"Mengenai Arab Saudi, saya akan mengatakan kami telah menjelaskan sejak awal bahwa kami akan mengalibrasi ulang hubungan kami dengan Arab Saudi," kata juru bicara Jen Psaki Selasa (16/2/2021) dari Gedung Putih sebagaimana dituliskan CNBC International.
"Rekan presiden adalah Raja Salman, dan saya berharap pada waktu yang tepat, dia akan berbicara dengannya," kata Psaki lagi saat ditanya soal posisi MBS di mata Biden.
Hal ini pun juga diamini oleh Departemen Luar Negeri. Mereka menjelaskan bahwa Biden akan tetap mengambil kebijakan langsung dengan mitranya yaitu Raja Salman dan bukan MBS.
![]() FILE PHOTO: Saudi Arabia's Crown Prince Mohammed bin Salman Al Saud is seen during a meeting with U.N Secretary-General Antonio Guterres at the United Nations headquarters in the Manhattan borough of New York City, New York, U.S. March 27, 2018. REUTERS/Amir Levy |
"Saya pikir apa yang Jen katakan, pada kenyataannya, apa yang dia katakan adalah bahwa presiden akan terlibat dengan mitranya. Dan mitranya adalah Raja," tegas juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan kepada wartawan.
Ia menambahkan ini juga sama halnya dengan Menteri Luar Negeri Antony Blinken. Sebagai menlu, ia akan sering berkomunikasi dengan mitranya yakni Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan Al Saud.
"Presiden Biden telah mengatakan bahwa kami akan meninjau keseluruhan hubungan itu untuk memastikan bahwa hubungan itu memajukan kepentingan dan menghormati serta menghormati nilai-nilai yang kami bawa ke dalam kemitraan itu," kata Price.
"Kami tentu tahu bahwa Saudi adalah mitra penting di banyak bidang yang berbeda, kontra terorisme keamanan regional hanyalah dua di antaranya."
Sebagian analis menilai langkah ini adalah langkah berani yang diambil Biden dalam sikapnya dengan Arab Saudi. Ini bisa digolongkan sebagai 'penghinaan' ke MBS.
"Penghinaan terhadap MBS merupakan peringatan bagi Arab Saudi," tulis Torbjorn Soltvedt, analis utama MENA di Verisk Maplecroft, dalam sebuah catatan email Rabu (17/2/2021).
"Ini akan dilihat sebagai ketidaksetujuan terhadap kepemimpinan MBS yang ditandai dengan pengambilan keputusan yang tidak terduga dan pendekatan konsultatif yang jauh lebih sedikit daripada di masa lalu."
Biden memang diramalkan akan bersikap lebih keras terhadap Arab Saudi dibandingkan dengan pendahulunya Donald Trump. Biden telah menghentikan penjualan senjata besar ke kerajaan itu dan sekutu Teluk lainnya yang sebelumnya ditandatangani di bawah pemerintahan Trump.
Dia pun mengamanatkan diakhirinya dukungan AS untuk perang yang dipimpin Saudi di Yaman. Perang telah menciptakan apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk akibat ulah manusia di dunia.
Selain itu kerajaan yang dipimpin keluarga Al Saud itu berada di bawah kecaman internasional atas pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada 2018 oleh agen negara. Intelijen AS mengaitkan kematian itu dengan putra mahkota yang dengan tegas dibantah oleh Riyadh.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jreng! Biden Telepon Raja Salman, Ada Apa?
