
Bos PLN: Realisasi TKDN Listrik Masih di Bawah Target

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) menyebut realisasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan masih di bawah target.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini.
Dia mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir PLN melakukan pemantauan terhadap capaian TKDN, melalui surveyor independen. Namun hasilnya, sebagian besar masih belum mencapai target.
"Dalam beberapa tahun terakhir PLN monitoring TKDN infrastruktur ketenagalistrikan melalui surveyor independen. Sebagian besar masih belum mencapai target," paparnya dalam Webinar TKDN secara daring, Rabu (24/02/2021).
Berdasarkan kondisi ini, imbuhnya, PLN membutuhkan sinergi, dukungan, dan keterbukaan pemangku kepentingan dalam implementasi Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN). Diharapkan, keterlibatan industri dalam negeri sebagai mitra kerja bisa berjalan optimal.
"Industri dalam negeri sebagai mitra kerja pada proyek ketenagalistrikan bisa jalan optimal dan sesuai dengan kondisi dan kapabilitas industri terkini sehingga tercipta iklim industri yang kondusif dan secara makro dapat meningkatkan perekonomian Indonesia," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, investasi proyek infrastruktur ketenagalistrikan cukup kompleks, mulai dari kualitas teknologi, biaya, volume, dan waktu pekerjaan. Meski demikian, pihaknya mengaku akan berkomitmen meningkatkan penggunaan TKDN.
"PLN berkomitmen utamakan industri dalam negeri sebagai implementasikan aturan perundang-undangan," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pusat Pengkajian Industri Manufaktur, Informatika dan Elektronika BPPT Andhika Prastawa mengatakan, TKDN PLN pada 2020 rata-rata mencapai 40,3%.
Namun untuk pembangkitan listrik relatif lebih rendah yakni kurang dari 30%.
"Tahun 2017 itu 23%-25%, harapannya ini bisa ditingkatkan dengan aturan pemerintah," jelasnya.
Melihat TKDN pembangkit yang masih rendah, dia berharap agar ini bisa menjadi perhatian utama. Menurutnya, satu komponen pembangkit bisa dibagi menjadi aspek besar di antaranya boiler, instrumen elektrik, dan balance of plant.
"Kalau di pabrikasi Indonesia itu di balance of plant (BOP). Non rotating machine lebih bisa dikuasai oleh Indonesia," tuturnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Realisasi TKDN PLN Tahun 2020 Capai 40%