
Di India Tesla Bangun Pabrik Mobil Listrik, Kalau di RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana investasi pabrikan mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla Inc., di Indonesia hingga kini masih menjadi teka-teki, terutama ketika Pemerintah India mengumumkan Tesla akan membangun pabrik mobil listrik di Selatan India, Karnataka, pada 2021 ini.
Hal tersebut berdasarkan dokumen yang diterima Reuters, Sabtu (13/02/2021) lalu.
"Perusahaan AS Tesla akan membuka pabrik mobil listrik di Karnataka," tulis dokumen pemerintah India, dikutip Reuters, Minggu (14/02/2021).
Lantas, apakah artinya Tesla batal berinvestasi di Indonesia?
Bila dilihat dari keterangan yang dipaparkan pemerintah maupun tim percepatan baterai kendaraan listrik, Tesla tampak masih berminat untuk berinvestasi di Indonesia, namun di sektor yang berbeda. Bukan pabrik mobil listrik seperti yang akan dibangun di India, melainkan sistem penyimpanan energi (Energy Storage System/ ESS).
Pada awalnya, dibongkarnya minat Tesla untuk berinvestasi di ESS ini diungkapkan oleh Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Agus Tjahajana Wirakusumah.
Agus mengatakan, karena Tesla menyatakan minatnya baru-baru ini, pihaknya masih mempelajari apa yang diinginkan pihak Tesla. Namun menurutnya kemungkinan besar Tesla berminat untuk sistem penyimpanan energi (ESS).
"Dengan Tesla, kita juga sedang dalam tahap negosiasi. Tesla baru belakangan masuk (menyatakan minat). Kita lagi pelajari dia mau masuknya ke mana. Dari pembicaraan kemarin, mereka sepertinya mau masuk ke ESS," ungkapnya saat diskusi dengan media dalam webinar "EV Battery: Masa Depan Ekonomi Indonesia", Selasa (02/02/2021).
Lalu, hal senada diungkapkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto.
Seto mengatakan, pihaknya telah menerima proposal rencana investasi Tesla di Indonesia pada Kamis (04/02/2021).
Menurutnya, proposal rencana investasi yang ditawarkan Tesla berbeda dengan calon mitra yang lain, yakni perusahaan asal China, CATL, dan perusahaan asal Korea Selatan, LG.
Dia menyebut, perbedaan ini karena teknologi dasar yang digunakan Tesla berbeda dengan kedua perusahaan lainnya itu.
"Kalau saya lihat, memang proposal yang mereka berikan agak beda dengan CATL dan LG Chem karena sepintas memang base techno mereka agak beda. Ini dari kami excited kerja sama dengan Tesla," ungkapnya.
Dia mengatakan, Tesla kemungkinan akan berinvestasi di bidang ESS. ESS ini seperti 'power bank' dengan giga baterai skala besar yang bisa menyimpan tenaga listrik besar hingga puluhan mega watt, bahkan hingga 100 MW untuk stabilisator atau untuk pengganti sebagai pembangkit peaker (penopang beban puncak).
Menurutnya, ketika malam hari di saat konsumsi listrik masyarakat tinggi, ini bisa memanfaatkan ESS ini.
Selain itu, lanjutnya, Tesla menyampaikan bahwa negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang berpotensi mengombinasikan energi baru terbarukan dengan teknologi ESS ini.
"Mereka sampaikan pada kita bahwa mereka dari sisi permintaan dengan negara lain sudah sangat tinggi, tapi suplai ESS tidak banyak. Mau kerja sama dengan Indonesia dengan negara kepulauan potensi EBT mereka bisa kombinasikan teknologi ESS di Indonesia," jelasnya.
Hal tersebut kembali dipertegas oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati.
Nicke menyebut Tesla cenderung tertarik pada ESS karena pasar ESS ini besar dan bisa menjaga keandalan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
"ESS potensi besar di Indonesia. Tesla minat di energy storage. Melihat potensi tadi untuk menjaga keandalan suplai dari PLTS. ESS ini pasar besar. Pertamina akan masuk ke sana," paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi VII DPR RI, Selasa (09/02/2021).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anak Buah Luhut Sebut Proposal Tesla Beda dengan LG-CATL
