Sederet Jurus Pertamina Garap Potensi 'Raksasa' EBT RI

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
18 February 2021 08:48
Pertamina (Dok.Pertamina)
Foto: Pertamina (Dok.Pertamina)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dikarunia sumber energi baru terbarukan (EBT) yang melimpah. Bahkan PT Pertamina (Persero) menargetkan ke depan bakal menjadi perusahaan kelas dunia dengan nilai pasar mencapai US$ 100 miliar dengan menggencarkan EBT.

Bukan tanpa alasan, saat ini dunia sedang bertransisi dari energi berbasis fosil ke EBT.  Direktur Strategi, Portofolio & Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero) Iman Rachman mengatakan, perusahaan migas kelas dunia kini beramai-ramai mengejar target emisi nol karbon.



Untuk itu, menurutnya perseroan juga terus mengupayakan program energi yang lebih ramah lingkungan kedepannya. Di tingkat nasional, Pertamina menurutnya terus mendukung tercapainya target bauran energi baru terbarukan nasional sebesar 23% pada 2025.

"Bauran energi dari Pertamina di tahun 2030 dari total 5,5 terajoule, kontribusi dari energi baru terbarukan meningkat dari 1% di 2020 menjadi 13% di 2030," ungkapnya dalam Webinar DRTI Pertamina, Rabu (17/02/2021).



Menurutnya potensi EBT di Indonesia bahkan mencapai 411 giga watt (GW), namun saat ini kapasitas terpasang baru 9,89 GW atau sekitar 2,4%.

Berdasarkan data International Renewable Energy Agency (IRENA), negara dengan pengguna EBT terbesar adalah China dengan kapasitas 726 GW, Amerika Serikat 266 GW, dan Brazil memiliki kapasitas terpasang 136 GW.

Dia mengatakan, Pertamina sudah cukup lama mengembangkan proyek EBT dan akan terus mengembangkannya ke depan demi kemandirian dan ketahanan energi dalam negeri.

Apalagi kini, lanjutnya, sejumlah perusahaan migas kelas dunia mulai melakukan transisi energi demi mewujudkan energi yang bersih dan ramah lingkungan.

Misalnya Shell, telah menggelontorkan US$ 1-2 miliar sejak 2017 untuk pengembangan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, seperti mengakuisisi perusahaan listrik terbesar di Eropa dan juga mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Selain itu, Exxon Mobil pada 2017 juga mulai mengembangkan teknologi mikro alga.

"Perusahaan lain juga masuk ke bisnis energi bersih misalnya BP, ENI, Chevron, Petronas, rata-rata di bisnis power seperti panel surya, turbin angin, baterai dan ke depan kendaran listrik," jelasnya.

Hal senada juga akan dilakukan oleh Pertamina dalam mengejar target menjadi perusahaan kelas dunia. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mendirikan PT Pertamina Power Indonesia (PPI).

"Menjawab tantangan jadi kelas dunia, Riset Teknologi Informasi (RTI) harus punya orientasi percepatan dan penyiapan menuju world class energy company," tegasnya.

VP Downstream Research & Technology Innovation Pertamina Andianto Hidayat mengatakan, Pertamina punya target jangka pendek dan jangka panjang untuk bertransisi energi.

Jangka pendek menurutnya perseroan tetap terus menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), biofuel, dan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan.

Sementara untuk jangka panjang, perseroan akan mengembangkan energi air, gasifikasi batu bara, pencairan batu bara (liquefied coal), energi laut dan bahkan hidrogen.

"Jangka pendek kita kembangkan geothermal (panas bumi). Jangka panjang, kita masuk ke hidro, ocean (tenaga laut), dan hidrogen," ungkapnya.

Menurutnya, potensi energi laut di Indonesia sangat besar karena ini negara kepulauan. Selain itu, menurutnya perseroan bahkan kemungkinan bisa saja masuk ke pengembangan energi nuklir kedepannya bila nanti pada akhirnya pemerintah menyetujui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

"Ocean energy masih melimpah di sekitar kita sebagai negara kepulauan dan jika memungkinkan, kita juga bisa masuk ke energi nuklir yang ramah lingkungan dan aspek safety, tapi tergantung kebijakan pemerintah," paparnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perbanyak SPKLU, Bukti Pertamina Dukung Energi Bersih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular