Apa Kabar Proyek Blok Masela Setelah Shell Nyatakan Cabut?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengungkapkan perkembangan terkini proyek pengembangan Blok Masela usai Shell Upstream Overseas Ltd mengonfirmasi akan hengkang beberapa waktu lalu.
Informasi itu disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Basilio Araujo dalam media briefing virtual, Rabu (17/2/2021).
"Terkait Blok Masela yang ditinggal Shell, saat ini kami melakukan komunikasi dari kedutaan kita dan partner kita sampaikan untuk sementara ini Shell sedang melakukan bidding pemegang saham baru," katanya.
Sambil menunggu kelanjutan Shell melakukan divestasi participating interest sebesar 35%, Basilio bilang proyek itu tetap berjalan. Studi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah divalidasi pada bulan Desember 2020 lalu.
Sementara rapat dari komite tim teknis perihal amdal juga akan dilakukan tahun ini terkait dengan data hidrologi dan data terumbu karang pada Maret 2021 nanti.
"Pada dasarnya prosesnya masih berjalan," tegas Basilio.
Beberapa waktu lalu, Inpex selaku operator Blok Masela buka suara soal hengkangnya Shell dari proyek gas Lapangan Abadi. VP Corporate Services Inpex Masela Henry Banjarnahor mengatakan jika Shell sudah melakukan penghitungan ulang soal keterlibatannya dalam proyek tersebut.
"Mereka (Shell) melihat global portofolio mereka di seluruh dunia dan mereka menganggap bahwa investasi di negara lain lebih menguntungkan mereka, jadi mereka mengutamakan itu," kata Henry saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (24/8/2020) lalu.
"Sebetulnya proses divestasi di dalam kegiatan usaha hulu migas itu adalah sesuatu hal yang biasa. Partner (mitra) itu datang dan pergi. Jadi, mereka datang ke Inpex mengatakan bahwa mereka ingin mendivestasikan working interest-nya di blok Masela," tuturnya.
Lebih lanjut Henry mengatakan jika Inpex punya pandangan berbeda dengan Shell mengenai masa depan konsorsium. Sebagai operator, dia menjamin Inpex tetap pada komitmennya untuk melanjutkan proyek ini dan bekerja sama dengan SKK Migas.
Proyek senilai US$ 19,8 miliar ini ditargetkan memproduksi 1.600 juta kaki kubik per hari (mmscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 mmscfd serta 35.000 barel minyak per hari. Proyek ini diharapkan bisa beroperasi pada kuartal kedua 2027.
[Gambas:Video CNBC]
Aset Masela Tak Kompetitif, Shell Batal Hengkang dari RI?
(miq/miq)