Aset Masela Tak Kompetitif, Shell Batal Hengkang dari RI?

News - Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
30 December 2021 17:14
FILE PHOTO: A passenger plane flies over a Shell logo at a petrol station in west London,  January 29, 2015. REUTERS/Toby Melville Foto: REUTERS/Toby Melville

Jakarta, CNBC Indonesia - Shell Upstream Overseas Services Limited (Shell) anak usaha Royal Dutch Shell masih bertahan di Blok Masela. Upaya raksasa migas asal Belanda keluar dari Indonesia ini masih terganjal beberapa hal, salah satunya adalah belum lakunya Participating Interest (PI) atau divestasi saham sebesar 35% di lapangan abadi tersebut.

Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Tugas Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Fatar Yani Abdurrahman membeberkan bahwa Shell masih kesulitasn mencari investor untuk membeli divestasi saham 35% di Blok Masela itu.

"Asetnya dianggap tidak kompetitif, karena adanya syarat green energy sekarang ini," terang Fatar kepada CNBC Indonesia, Kamis (30/12/2021).

Fatar Yani membaca bahwa sebagai syarat green energy rencana pengembangan atau Plant of Development (PoD) di Blok Masela harus memasukan fasilitas penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon atau akrab disapa CCUS.

"Kalau kita baca secara tidak langsung kan menjadi syarat," terang Fatar Yani

Sayangnya Fatar tidak menjelaskan detil aset-aset apa saja yang dianggap tidak kompetitif dan tidak masuk kriteria green energy. Namun, kata dia, selain aset Liquifed Natural Gas (LNG) yang rencananya akan dibangun di on shore atau darat di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku itu katanya juga tidak kompetitif.

"Inpex juga melihat LNG ke depannya tidak kompetitif. Jadi produk LNG-nya juga mesti green. Makanya mereka mengajukan CCS/CCUS itu untuk revisi PoD," ungkap Fatar Yani.

Seperti diketahui sebelumnya, Shell memang memiliki rencana untuk hengkang dari Blok Masela ini. Alasannya lebih kepada investasi di Indonesia kurang menguntungkan ketimbang melihat dari global portfolio Shell di seluruh dunia yang lebih menguntungkan.

Saat ini Shell adalah pemilik hak partisipasi di Blok Masela sebesar 35%. Sisanya 65% dimiliki oleh Inpex Masela. Lapangan Abadi ini memiliki nilai investasi senilai US$ 19,8 miliar, yang ditargetkan memproduksi sebanyak 1.600 juta kaki kubik per hari (mmscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 mmscfd serta 35.000 barel minyak per hari.

Adapun Proyek ini diharapkan bisa beroperasi pada kuartal kedua 2027. Apakah proyek ini bisa sesuai target?


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Shell Tak Bisa Hengkang dari RI, Masela Belum Laku Dijual!


(pgr/pgr)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading