Penerimaan Negara dari Pelaut Mencapai Rp 151,2 Triliun

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
17 February 2021 19:00
aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menyebut penerimaan negara dari pelaut Indonesia bisa mencapai Rp 151,2 triliun per tahun. Bukan tanpa alasan, tingginya angka penerimaan negara ini juga karena jumlah pelaut di Indonesia mencapai 1,2 juta orang.

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Basilio Dias Araujo menjelaskan untuk sektor perikanan, Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization/ ILO) mencatat Indonesia adalah penyuplai pekerja bidang perikanan terbesar di dunia, baik yang bekerja di laut maupun yang bekerja di negara setempat sebagai pelaut residen.

"Permintaan pelaut perikanan di Pasifik saja mencapai 200 ribu orang. Jika digabung dengan hitungan kasar pelaut rating (gaji US$ 500 per bulan) yang berjumlah 150 ribu orang dan pelaut perwira sebanyak 50 ribu perwira (gaji (US$ 1.500 per bulan), dikalikan dua belas bulan saja potensi pendapatan negara bisa mencapai Rp 25 triliun per tahun, itu baru yang dari Pasifik," papar Basilio dalam konferensi pers, Rabu (17/2/2021).

Selain itu, menurutnya Indonesia juga bisa mendapat potensi penerimaan negara dari kegiatan pergantian kru kapal (crew change) di beberapa pelabuhan. Ini sudah disepakati dengan kementerian terkait untuk dibukanya lima pelabuhan Indonesia sebagai titik pergantian kru kapal, antara lain di Batam, Merak, Bali, dan Makassar.

Basilio mencatat estimasi potensi penerimaan negara hingga Rp 10 triliun dari biaya pergantian kru kapal ini, belum termasuk biaya pengisian bahan bakar, bunkering, dan supply provision, di lima pelabuhan tersebut.

Dia menjelaskan bahwa potensi ini dapat menggerakkan perekonomian daerah di masa pandemi melalui pengisian hotel untuk keperluan transit atau karantina dan pembelanjaan perbekalan pelaut.

"Kita ambil contoh Batam itu dilewati sekitar 90 ribu kapal, lalu kami buat estimasi sederhana dari tiap 90 ribu kapal yang lewati Selat Malaka akan menurunkan 5-10 orang dan satu orang spending (mengeluarkan) Rp 5 juta untuk pertukaran kru, itu potensi bisa mencapai Rp 2,25-4,5 triliun. Padahal sebenarnya di Selat Malaka kita bisa dapat lebih dari itu. Potensi di Selat Malaka bisa mencapai 200-300 orang setiap hari. Tapi ini belum dimanfaatkan dengan baik," jelasnya.

Dari catatannya, estimasi jumlah kapal yang melintas di lima pelabuhan sebagai titik pergantian kru ini mencapai 90.000 kapal, di mana Merak 56 ribu kapal, Bali 30 ribu kapal, Makassar 20 ribu kapal.

Deputi yang baru menjabat satu bulan ini pun menjelaskan terkait protokol kesehatan sudah dijamin penerapannya. Menurutnya, lima pelabuhan itu dijamin sudah mengikuti standar lembaga internasional.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! 400 Ribu Pelaut RI Tertahan di Laut Akibat Pandemi Covid

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular