RI Bisa 'Merdeka' dari Covid-19 Saat 17 Agustus, Pak Menkes?

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
17 February 2021 17:40
Menkes Budi Gunadi Sadikin (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Menkes Budi Gunadi Sadikin (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin angkat suara perihal keinginan Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo agar Indonesia dapat mengendalikan pandemi Covid-19 pada 17 Agustus 2021 mendatang atau saat peringatan proklamasi HUT ke-76 kemerdekaan RI.

Saat sesi tanya jawab keterangan pers virtual, Rabu (17/2/2021), BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin, ditanya apakah hal itu mungkin di saat positivity rate Indonesia masih begitu tinggi.

Berdasarkan data per Selasa (16/2/2021) pukul 12.20 WIB, positivity rate Covid-19 Indonesia mencapai 38,4%. Nilai itu didapat dari pembagian antara kasus positif 1.233.959 dengan orang yang dites sebanyak 6.721.920.

"Jadi kalau balik lagi ke chart pertama tadi. Setiap hari libur pasti tracing-nya turun. Nah kebetulan ini Imlek liburnya agak panjang jadi selama 4 hari terakhir testingnya turun. Jadi turunnya bukan karena apa-apa karena hari libur. Jadi baik yang melakukan testing maupun juga yang ngetesnya turun. Nah itu konsisten setiap hari libur kita amati," ujarnya.



"Kemudian apakah kapan ini akan selesai? dan kenapa positivity rate kita tinggi? Buat saya sekarang masih terlalu dini untuk saya bisa memberikan kesimpulan. Mngapa? karena itu tadi data positivity rate kita ini abnormal tinggi sekali sehingga ada tiga hipotesis yang harus kita cek dan kita perbaiki dulu untuk memastikan apakah kesimpulan yang kita ambil sudah benar atau tidak," lanjutnya.

Pertama, menurut eks Wakil Menteri BUMN itu, Kemenkes ingin memastikan semua laporan mengenai laporan mengenai hasil tes yang negatif dimasukkan oleh seluruh lab. Sebab, kata BGS, sampai sekarang hal itu belum tereksekusi dengan baik.

"Kalau itu masuk positivity rate-nya baru kelihatan yang benar berapa," kata BGS.

"Kedua, kita juga masih melihat disiplin RS ini mengisi laporan belum lengkap dan belum baik. Jadi kami perlu juga komunikasi dengan mereka untuk meningkatkan disiplin ini sebelum kita bisa mengambil kesimpulan," lanjutnya.

Ketiga, menurut BGS, ada kemungkinan tesnya kurang baik sehingga positivity rate tinggi. Oleh karena itu, Kemenkes mengambil langkah memperbanyak tes dengan rapid test antigen.

"Dengan masuknya data-data ini nanti akan kelihatan PR sebenarnya seperti apa. Baru dari situ kita bisa mengambil kesimpulan," ujar BGS.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penanganan Covid-19, Target BGS di Kemenkes

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular