RI Relaksasi Pajak Mobil Besar-besaran, Negara Lain Juga Lho

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 February 2021 14:30
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Rilis Pertumbuhan Ekonomi TW IV-2020: Menjaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi melalui Pengendalian COVID-19. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)
Foto: Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Rilis Pertumbuhan Ekonomi TW IV-2020: Menjaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi melalui Pengendalian COVID-19. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Pemerintah berharap, melalui insentif fiskal ini permintaan bakal terkerek naik. Utilitas pabrik mobil juga akan ikut naik. Output diharapkan bisa meningkat sebesar 81.752 unit dan diharapkan mampu menyumbang pemasukan negara sebesar Rp 1,62 triliun. 

Kenaikan produksi mobil diharapkan juga bakal mengerek industri pendukung lain yang masih dalam satu ekosistem. Apalagi industri otomotif yang termasuk ke dalam sektor manufaktur merupakan penyumbang output perekonomian nasional terbesar hingga hampir 20% PDB dan merupakan industri padat karya. 

Sebagai industri padat karya sektor otomotif banyak mempekerjakan karyawan. Menurut data Kementerian Perekonomian RI saat ini ada lebih dari 1,5 juta pekerja di sektor ini. 

Di tahun 2020 sektor industri pengolahan mencatatkan kontraksi sebesar 2,93% (yoy). Padahal di tahun sebelumnya sektor ini masih mampu tumbuh di angka 3,8% (yoy). Industri Alat Angkutan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 19,86% disebabkan oleh penurunan produksi mobil dan sepeda motor serta perlengkapannya. 

Namun seiring dengan berjalannya waktu sektor manufaktur Indonesia juga terus membaik. Tercatat pada kuartal kedua tahun 2020 pertumbuhan PDB lapangan usaha pengolahan tercatat minus 6,18%. 

Kemudian kontraksi yang terjadi mengecil di kuartal ketiga dan keempat menjadi masing-masing sebesar -4,34% dan -3,14% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Stimulus khusus juga diberikan di sejumlah negara lain di dunia untuk industri otomotif selama pandemi. Seperti misalnya, pengurangan pajak penjualan sebesar 100% untuk CKD (mobil yang dirakit di dalam negeri) dan potongan hingga 50% untuk CBU (mobil yang dirakit di negara asalnya) yang dilakukan oleh Malaysia.

Kebijakan untuk mendongkrak pembelian mobil juga dilakukan oleh negara-negara Eropa yang ekonominya juga bergantung pada industri otomotif. Bantuan pemerintah di Prancis, Jerman dan Spanyol dialokasikan untuk mendongkrak penjualan mobil. Namun bukan sembarang mobil melainkan mobil listrik. 

Paket stimulus Covid-19 Prancis mencakup insentif hingga € 7.000 (sebelumnya € 6.000) saat membeli kendaraan listrik baterai (BEV). Pemerintah Jerman menggandakan insentif untuk BEV dan plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) sebagai bagian dari paket pemulihan ekonomi masing-masing menjadi € 6.000 dan € 4.500.

Bantuan keuangan dilengkapi dengan insentif yang ditawarkan oleh industri mobil sebesar € 3.000 untuk BEV dan € 2.250 untuk PHEV, dengan total hingga maksimum € 9.000 untuk BEV (sebelumnya € 6.000) dan € 6.750 untuk PHEV (sebelumnya € 4.500).

Paket pemulihan Jerman tidak termasuk subsidi apa pun untuk pembelian mobil bensin atau diesel baru. Sementara itu di Spanyol program bantuan pembelian mobil  mencakup bantuan keuangan hingga € 4,000 untuk BEV dan PHEV dengan jangkauan listrik minimum 90 km.

Well, meski bentuk insentif atau stimulusnya berbeda-beda tetapi industri otomotif menjadi salah satu sektor yang diprioritaskan apalagi jika ekonominya bertumpu pada sektor manufaktur. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular