Banking Outlook 2021

Peak Sudah Lewat, Era Pemulihan Dimulai!

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
11 February 2021 11:33
Infografis/Kapan Pandemi Corona di RI Berakhir? Ini Ramalan Terbarunya/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/Kapan Pandemi Corona di RI Berakhir? Ini Ramalan Terbarunya

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) berupaya membantu menggulirkan kredit dengan memangkas suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) lima kali sepanjang 2020, dari 5% menjadi 3.,75%. Langkah tersebut secara psikologis memberikan sinyal bagi pelaku usaha bahwa biaya kredit akan semakin turun, sehingga mereka bisa mengajukan pinjaman secepatnya.

Berdasarkan data OJK, rata-rata suku bunga kredit (SBK) perbankan hingga Desember 2020 turun ke single digit. SBK Kredit Modal Kerja turun 88 basis poin (bp) menjadi 8,88%, lalu SBK Kredit Investasi turun 102 bp ke 9,21%, dan SBK Kredit Konsumsi turun 65 bp menjadi 10,97%.

Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) seluruh segmen kredit juga telah berada di level single digit, yaitu SBDK ritel 8,88%, SBDK korporasi 8,75%, SBDK KPR 8,36%, SBDK non KPR 8,69%, dan SBDK Mikro 7,33%. Namun, pertumbuhan kredit pada 2020 masih tertekan, hingga -2,4%.

Dengan demikian, masih lambatnya permintaan kredit bukan dipicu oleh gangguan di sisi suplai pendanaan, melainkan lebih karena keraguan masyarakat dan pelaku usaha untuk mengambil pembiayaan di lembaga keuangan. Pandemi dan kontraksi ekonomi adalah problem nyata.

Lihat saja lonjakan simpanan masyarakat di 109 bank umum per Desember 2020 yang mencapai 10,86% (YoY) dibanding periode yang sama 2019 menjadi Rp 6.737 triliun. Menurut data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), kenaikan terus terjadi, dengan pertumbuhan bulanan (month on month/MoM) sebesar 0,53% (dari bulan November 2020).

Jumlah rekening simpanan per Desember 2020 juga naik, sebesar 16,12% (YoY), menjadi 350.324.950 rekening. Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya (November 2020), jumlah rekening perbankan naik 1,68% (MoM).

Secara bersamaan, menurut data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) terbaru (per November), kredit konsumsi melemah 0,16% menjadi Rp 1.540,4 triliun. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode yang sama di level 84,9 yang mengindikasikan bahwa masyarakat masih pesimistis dengan keadaan ekonomi, sehingga tak berani mengajukan kredit.

Dari kondisi tersebut, terlihat bahwa persoalan yang membelit kinerja penyaluran kredit bukan faktor teknis industri finansial, melainkan karena faktor ekonomi yang secara mendasar berakar pada problem (penanganan) pandemi.

Selama pembatasan sosial berlangsung, selama itu pula aktivitas konsumsi masyarakat-yang menyumbang 57% PDB nasional, bakal terhambat. Dalam skala makro, pelaku usaha pun mengerem aktivitas produksi dan ekspansi usaha mereka.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular