Stimulus Ekonomi Seperti Nasi Padang: Tak Boleh Kebanyakan!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
10 February 2021 15:09
dollar
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

Menurut Chatib ada beberapa hal yang harus diperhatikan Indonesia, apabila The Fed melakukan tapering dan mulai mengambil normalisasi kebijakan moneter. Chatib memandang, setidaknya ada empat hal yang harus dilakukan Indonesia agar ekonomi bisa pulih.

Pertama, normalisasi tingkat bunga. Sayangnya tidak ada yang tahu kapan. "Kita hanya bisa meraba," ujarnya.

Pada Januari 2021 lalu, The Fed, kata Chatib sempat mengatakan bahwa arah perekonomian AS akan tergantung dari perkembangan situasi pandemi.

Dengan kata lain, bila proses vaksinasi di AS berhasil dan pandemi bisa diatasi, inflasi mulai naik di atas 2%. Disaat itu lah The Fed akan melakukan normalisasi kebijakan moneternya.

"Bila The Fed mulai mengurangi pembelian asetnya, imbal obligasi akan meningkat, tingkat bunga akan naik," jelas Chatib.

Akibatnya, sambung Chatib, ada risiko arus modal keluar dari negara berkembang, seperti Indonesia, yang pembiayaan defisit anggarannya didominasi oleh pinjaman eksternal, atau pembiayaan defisit transaksi berjalannya didominasi oleh investasi portofolio lebih rentan.

Bila terjadi kejutan di AS, investor akan keluar dari pasar obligasi dan pasar modal. Akibatnya nilai tukar rupiah berisiko terguncang.

"Untuk mengatasi ini, bank sentral biasanya melakukan kebijakan stabilisasi. Pilihannya, membiarkan rupiah mengikuti pasar {depresiasi rupiah} atau menaikkan bunga," ujarnya.

Akan ada kombinasi di mana tingkat bunga dinaikkan sedikit, nilai tukar melemah sedikit dan kebijakan pengaturan arus modal dilakukan secara terbatas melalui kebijakan makroprudensial.

"Ada risiko pertumbuhan ekonomi yang baru pulih, kembali anjlok. Stabilisasi ekonomi, ketika pertumbuhan rendah, bukan pilihan yang baik," jelasnya.

Kedua, Indonesia harus mendorong penanaman modal asing (PMA) di sektor ekspor. Jika pembiayaan defisit transaksi berjalan dalam bentuk PMA, aruz modal tidak akan mudah bergejolak.

Sebaliknya, bila pembiayaan defisit transaksi berjalan dalam bentuk portofolio, defisit transaksi berjalan akan terganggu karena modal dari luar akan begitu mudah meninggalkan Indonesia.

"Untuk mengurangi volatilitas sumber pembiayaan portofolio, melakukan pendalaman pasar dengan memberikan insentif agar lebih banyak sumber pembiayaan dari investor lokal, supaya porsi pembiayaan eksternal menurun. Perluas obligasi ritel atau private placement," kata Chatib.

Ketiga, Chatib juga menyarankan untuk menciptakan instrumen atau produk pasar keuangan, agar eksportir Indonesia memiliki opsi untuk menempatkan investasi portofolio dalam mata uang asingnya di Indonesia. Lebih baik eksportir atau investor Indonesia menempatkan dananya di dalam negeri ketimbang di luar negeri.

"Keempat, yang terpenting, Indonesia harus pulih lebih cepat, sebelum tapering terjadi," tegas Chatib.

"Studi yang saya lakukan juga konsisten dengan ini: investasi swasta tak akan meningkat jika mobilitas masih terganggu. Ekonomi tak akan bisa beroperasi 100 persen jika masalah kesehatan tak bisa diatasi," kata Chatib melanjutkan.

(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular