Internasional

Mengenal Salam 3 Jari, Dari Hunger Games ke Kudeta Myanmar

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
05 February 2021 11:25
Program Kampanye Foto Pelajar Myanmar Mahasiswa Strategy First University (Tangkapan Layar via Twitter @magarita_mace)
Foto: Program Kampanye Foto Pelajar Myanmar Mahasiswa Strategy First University (Tangkapan Layar via Twitter @magarita_mace)

Jakarta, CNBC Indonesia - MiliterĀ Myanmar melakukan kudeta 1 Februari lalu. Dalam peristiwa itu, pemimpin de factoMyanmar dan aktivis demokrasi Aung San Suu Kyi ditahan atas tuduhan kecurangan yang dilakukan pada pemilu November 2020 lalu.

Militer Myanmar mengatakan bahwa tentara mengambil alih kekuasaan selama satu tahun ke depan. Militer menunjuk pelaksana presiden dan menekankan akan melakukan pemilu ulang tahun depan.

Penolakan muncul dari sebagian rakyat Myanmar. Di media sosial, sejumlah tagar dan simbol bahkan mengarah ke protes pada aksi yang dilakukan militer.

Dalam aksi perlawanan, ada hal yang dilakukan warga dan menjadi simbol pergerakan. Yakni salam tiga jari.

Salam 3 jari Myanmar  (Tangkapan Layar via Twitter @hmu_thaw)Foto: Salam 3 jari Myanmar (Tangkapan Layar via Twitter @hmu_thaw)
Salam 3 jari Myanmar (Tangkapan Layar via Twitter @hmu_thaw)

Melansir Gizmodo, cara salutasi ini tidak asing, terutama bagi siapa pun yang pernah menonton film populer "The Hunger Games". Film itu diadaptasi dari buku fiksi popular dengan judul yang sama.

Di mana acungan itu dinilai menjadi simbol pemberontakan masyarakat distrik terhadap Presiden Snow serta The Capitol, yang menjadi penguasa. Masyarakat di distrik digambarkan tertindas dan mereka melawan kelas penguasa yang otoriter.

Dipetik dari fiksi ilmiah distopia, penghormatan Hunger Games itu telah menyebar ke seluruh Asia Tenggara dalam dekade terakhir sebagai simbol protes pro-demokrasi. Pertama kali, hal ini dilakukan para aktivis demokrasi di Thailand, tetangga Burma.

Salam tiga jari digunakan ketika kudeta militer terjadi di Mei 2014. Ketika pertama dari film terakhir The Hunger Games, "Mockingjay: Part 1", dirilis pada November 2014. Mahasiswa pro-demokrasi muncul di bioskop-bioskop Thailand yang menayangkan film baru tersebut.

Mereka pun mengacungkan tiga jari dalam kesempatan tersebut. Namun aksi itu ditahan oleh polisi yang menyamar.

Dari Thailand, penghormatan menyebar ke Hong Kong, di mana Revolusi Payung sedang berlangsung pada saat film ini juga dirilis. Saat itu pendemo menolak dominasi yang makin kuat dari Beijing di kota itu.

Menurut pembuat film Hunger Games di Hollywood, dibalik kesuksesan film, mereka sebenarnya khawatir. Penayangan film itu berpotensi rentan secara politik di luar negeri.

"Bagian yang menggetarkan adalah bahwa sesuatu yang terjadi dalam film dapat menjadi simbol bagi orang-orang, untuk kebebasan atau protes," kata sutradara Francis Lawrence kepada surat kabar Australia Sydney Morning Herald pada tahun 2014.

Saat ini, penghormatan tiga jari menyebar di Myanmar. Sebagian warga menyayangkan langkah militer yang menahan Suu Kyi yang dianggap masyarakat telah terpilih secara demokratis.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Makin Rusuh, Polisi Myanmar Bentrok dengan Massa Anti Kudeta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular