
Tak Tinggal Diam, Ini Jurus Pertamina Kurangi Impor Bensin

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan akan melakukan berbagai upaya untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) khususnya bensin pada tahun ini.
Dia menyebutkan program bio energi menjadi kunci dalam mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).
Pertama, melalui B30 yang berasal dari CPO sawit yang akan ditingkatkan menjadi B40. Saat ini bersama Kementerian ESDM tengah melakukan kajian untuk meningkatkan B30 menjadi B40. Secara teknis, menurutnya kilang Pertamina sudah bisa memproduksi green diesel (D100) di Kilang Dumai dan juga akan memproduksi lagi sebanyak 6.000 barel per hari (bph) di Kilang Cilacap.
"Kami juga akan membangun green refinery di Plaju, sehingga bisa menurunkan impor. Kemudian, untuk menurunkan impor gasoline atau bensin, Pertamina dan ESDM sedang uji coba GME program, jadi gasoline (bensin) dicampur dengan 15% metanol dan 5% etanol," kata Nicke dalam acara "Energy Outlook 2021: Bedah Nasib Sektor Energi di Tengah Ketidakpastian" di CNBC Indonesia, Kamis (04/02/2021).
Dengan begitu, menurutnya nantinya perseroan bisa mengurangi 20% permintaan bensin yang mencapai sekitar 40-42 juta kilo liter (kl) per tahun. Jika uji coba ini diterima oleh Kementerian ESDM, maka menurut Nicke, Pertamina bisa langsung menyiapkan program dan menjalankannya.
Dia mengatakan, sumber metanol bisa diproduksi dari sumber daya alam di dalam negeri, baik dari gas atau batu bara melalui proyek gasifikasi.
"Untuk etanol, kita punya potensi untuk membangun bioetanol dari singkong atau produk lainnya. Ini upaya Pertamina menurunkan impor, selain kapasitas kilang ditingkatkan," ujarnya.
Dia mengatakan kapasitas kilang pun terus ditingkatkan. Seperti diketahui saat ini perseroan tengah membangun satu kilang baru (New Grass Root Refinery) di Tuban, Jawa Timur, bersama perusahaan asal Rusia, Rosneft, dan juga meningkatkan kapasitas kilang yang telah ada saat ini melalui program Refinery Development Master Plan (RDMP) seperti di Kilang Balikpapan, Balongan, Cilacap, Plaju, dan Dumai.
Selain itu, lanjutnya, Pertamina juga telah melakukan program Kilang Langit Biru di Cilacap, sehingga impor bensin dengan kualitas nilai oktan (RON) 92 ke atas atau dengan merek dagang Pertamax bisa turun sebesar 670 ribu barel per hari (bph). Penurunan impor ini menurutnya bisa menghemat US$ 700 juta per tahun.
Upaya lainnya untuk mengurangi impor bensin ini menurutnya yaitu dengan mengoptimalkan cadangan gas dan memanfaatkan sumber gas di dalam negeri. Gas bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas (BBG) untuk sektor transportasi, bahan baku industri, pembangkit listrik, serta rumah tangga.
Perseroan pun akan meningkatkan pembangunan jaringan gas kota (jargas) untuk pemakaian rumah tangga, sehingga bisa menurunkan impor LPG, selain meningkatkan produksi LPG dan mengembangkan proyek gasifikasi batu bara yakni mengonversi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME).
"Kuncinya yaitu dengan meningkatkan cadangan gas kita dan pembangunan infrastruktur di midstream dan downstream (hilir)," ujarnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Stagnan, Impor LPG RI Terus Meroket Hingga 2024