
Konsumsi Minyak & Listrik Membaik, Transisi EBT Bagaimana?

Lalu bagaimana dengan kabar pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) yang ditargetkan minimal 23% dari bauran energi 2025? Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan porsi EBT di bauran energi nasional 2020 hanya 11,5%, dari target 13,4%.
Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah target porsi EBT tahun ini yang dipatok dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) akan bisa dicapai? Sebagai catatan, RUEN membidik porsi EBT 14,5% pada 2021, sementara batu bara 35,5%, minyak bumi 28,1%, dan gas bumi 21,1%.
Jika mengacu pada rata-rata pertumbuhan porsi EBT sebesar 1,5% dalam 3 tahun terakhir, maka dalam proyeksi konservatif, sumbangan EBT dalam bauran energi primer tahun ini hanya akan mencapai 13%, dan bukannya 14,5%.
Bagi PLN, yang tengah menyetop kontrak baru pembelian listrik di tengah permintaan yang drop akibat pandemi, ini menjadi tantangan pelik. Berdasarkan simulasi PLN, perlu tambahan pasokan pembangkit EBT sebesar 18% untuk memenuhi target bauran EBT di Jawa Bali.
![]() |
Untuk bisa mengejar target itu, PLN berencana melakukan co-firing (penggunaan biomassa) pada pembangkit PLTU yang ada, di samping menambah kuota pembangkit EBT variabel khususnya PLTB (tenaga bayu) dan PLTS (tenaga surya) mencapai 2.180 MW.
Namun, ini adalah solusi jangka pendek karena PLTB dan PLTS memiliki kendala intermitensi sehingga dalam jangka panjang tetap memerlukan base load (pembangkit dengan produksi listrik menetap) berupa PLTP (pembangkit listrik tenaga panas bumi) atau geothermal.
Indonesia saat ini memiliki 40% cadangan geothermal dunia, sebanyak 17.506 Megawatt listrik (MWe), dari total potensi sebesar 23,9 gigawatt (menurut Badan Geologi Nasional). Namun cadangan tersebut yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 12% saja.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, kapasitas terpasang PLTP pada 2020 mencapai 2.130,7 MW, tidak berubah dari kapasitas terpasang pada 2019. Bila 196 MW beroperasi tahun ini, berarti total kapasitas terpasang PLTP hingga 2021 ini akan meningkat menjadi 2.326,7 MW.
Ironisnya, PLTP justru sedang disorot karena kebocoran gas beracun di proyek Sorik Marapi (Mandailing, Natal, Sumatera Utara) yang menelan lima korban jiwa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)[Gambas:Video CNBC]