Hotel-Hotel Jogja Bangkrut & Diobral, Begini Cerita Awalnya!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
02 February 2021 19:00
Petugas merapikan ruangan yang akan dijadikan tempat tinggal sementara bagi tenaga medis penanganan Covid-19 di SMKN 57 Jakarta, Rabu (22/4) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas merapikan ruangan yang akan dijadikan tempat tinggal sementara bagi tenaga medis penanganan Covid-19 di SMKN 57 Jakarta, Rabu (22/4) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hotel-hotel di Jogja sedang di ambang kebangkrutan, bahkan sudah banyak yang gulung tikar dan mengobral hotelnya karena tekanan pandemi. Para pemilik sudah tidak kuat menanggung beban dari sepinya pengunjung. Namun, secara fundamental ternyata perhotelan di Jogja sudah mengalami titik jenuh, alias tak seimbang antara supply dan demand saat sebelum ada pandemi.

"Jogja suplai kamar banyak yang sudah oversupply. Di lain pihak, kondisi tamunya seperti ini (sepi karena pandemi), Jadi orang yang akan pergi ke luar kota untuk hal-hal nggak utama mereka akan kurangi," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani kepada CNBC Indonesia, Selasa (2/2/21).

Ketika masyarakat enggan untuk bepergian, maka sulit bagi industri pariwisata untuk tetap hidup. Hotel-hotel di Jogja lebih banyak yang kosong dibanding yang terisi.

"Banyak okupansi di Jogja yang di bawah 20%, jadi sulit. Mereka kondisinya kalau beroperasi berat, jadi banyak yang menghentikan operasinya," sebut Hariyadi.

Dengan penghentian operasi, pelaku usaha berharap bisa menyelamatkan anggaran yang ada untuk kebutuhan lain, misalnya listrik yang tidak juga mendapat keringanan serta pajak yang juga tetap berjalan.

Namun, itu tidak bisa terus berlangsung dengan jangka waktu yang lama. Sebagai industri yang mengandalkan mobilitas, maka pergerakan manusia menjadi kunci utama.

"Bisa bergerak ketika PPKM berakhir, seperti pada September, Oktober mulai membaik setelah PSBB pertama dan pemulihan penanganan pandeni harus diatasi dulu. Dengan keberanian masyarakat dalam beraktivitas secara aman maka akan lebih baik. Kalau kita berharap dengan stimulus sulit karena keuangan negara terbatas," jelas Hariyadi yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) itu.

Seperti diketahui di daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) jumlah hotel yang gulung tikar dari hari ke hari kian bertambah.

"Ada beberapa unit usaha yang mulai tutup. Kemarin data kita 30, sekarang sudah meningkat jadi 50 di DIY per hari ini hotel dan resto yang tutup, ini hanya data yang masuk sebagai anggota PHRI DIY, jumlahnya 300-an. Kalau di luar PHRI, bisa dua kali lipat, ratusan," sebut Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranawa Eryana.

Dari penelusuran CNBC Indonesia, ada hotel bintang 3 di Jl Taman Siswa Yogyakarta yang dijual dengan harga penawaran Rp. 60 miliar. Luas Tanah hotel ini 4.000 m2 dan Luas Bangunan : 1.500 m2 serta Jumlah Kamar sebanyak 45 kamar.

Kemudian ada juga penawaran hotel di hotel di Kabupaten Sleman dengan luas tanah 562 m2 serta luas bangunan 780 m2 dengan jumlah kamar 19. Fasilitasnya dengan seluruh furniture, elektronik dan kamar mandi dalam di setiap kamar + waterheater. Harga hotel ini di angka Rp 9,4 miliar.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gelombang Cancel Booking Makin Masif: Bali, Jogja, Makassar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular