Ini Tahap Pendanaan Proyek Baterai Mobil Listrik RI Rp 238 T

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
01 February 2021 19:47
Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co
Foto: Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembangunan ekosistem industri baterai listrik secara terintegrasi dari hulu sampai hilir diperkirakan bakal menelan investasi sebesar US$ 13-17 miliar atau sekitar Rp 182 triliun-Rp 238 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$).

Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan pendanaan investasi tersebut akan dilakukan secara bertahap.

Kebutuhan di tahap awal menurutnya hanya mencapai sebesar US$ 5 miliar sampai US$ 10 miliar. Besaran nilai ini tidak langsung digelontorkan. Orias menyebut, investasi di hulu cukup besar, namun bukan di tambangnya, melainkan pada pembangunan smelternya. Pihaknya berencana membangun smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) atau The Rotary Klin Electric Furnace (RKEF).

Setelah proyek smelter, maka akan masuk dalam proyek baterai yang rencananya Pertamina dan PLN juga akan ikut bekerja sama.

"Di dalam kerja sama tentu kita ada equity-nya. Penghitungan sementara, equity 30% dan pinjaman 70%," tuturnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Senin (01/02/2021).

Dia mengatakan, besaran ekuitas 30% itu berlaku untuk masing-masing proyek. Namun untuk proyek hulu hingga smelter, holding BUMN Indonesia Battery akan menyumbang ekuitas lebih besar. Sementara untuk proyek baterai menurutnya tergantung dari hasil negosiasi dengan mitra dan pembeli (offtaker) baterainya.

Menurutnya, kini telah ada dua calon mitra utama yang sedang dijajaki yaitu perusahaan baterai asal China, CATL dan perusahaan asal Korea Selatan, LG.

"Akan ada dua mitra utama, yang sekarang sedang berjalan, ada dengan LG dan CATL. Dengan CATL, yang lead untuk nego yaitu Antam, sedangkan yang nego dengan LG yaitu dari Pertamina karena sudah ada kerja sama dengan LG di tempat lain," ujarnya.

Dia mengatakan, pendanaan yang bertahap ini sudah dihitung. Ketika permintaan terhadap baterai ini sudah ada dan bahkan meningkat, maka investasi berikutnya akan dilanjutkan.

Dia mengakui bahwa penggunaan kendaraan listrik pada tahun lalu masih sedikit. Oleh karena itu, lanjutnya, produksinya nantinya akan disesuaikan secara bertahap sesuai dengan jumlah permintaan.

"Untuk rencana awal Indonesia Battery Holding (IBH) berdiri, modalnya kurang lebih US$ 50 juta, dan itu hanya awalnya. Setelah itu, kita akan melihat potensi kerja sama dengan mitra dan bagaimana pendanaan lanjutnya," tuturnya.

Wakil Ketua Komisi VII Ramson Siagian mengatakan investasi sebesar US$ 17 miliar sangatlah besar. Meski Ramson mengaku ragu, namun dia berharap agar bisa berjalan.

"Investasi US$ 17 miliar sangat besar, saya rada ragu. Tapi mudah-mudahan bisa jalan karena harus investasi US$ 5-10 miliar di sektor pertambangan dan smelter lagi," ucapnya.

Ramson mengatakan, kerja sama dengan calon investor global dengan porsi ekuitas 30% diharapkan bisa bersinergi. Dia menekankan rencana-rencana ini jangan hanya sebatas retorika, namun harus benar-benar diimplementasikan.

"Jangan hanya retorika, tapi harus bisa diimplementasikan untuk kepentingan masa depan bangsa ini," tegasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MIND ID-Pertamina-PLN Keroyokan Garap Baterai Mobil Listrik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular