Kudeta Myanmar, 'Lampu Merah' Ekonomi Negeri Pagoda Emas

Perekonomian Myanmar yang menjadi lebih demokratis disambut baik oleh publik internasional. Transformasi dari pemerintahan militer ke demokrasi membuat Aung San Suu Kyi naik ke tampuk kekuasaan dari tahanan rumah pada tahun 2015 dan berimplikasi pada pencabutan sanksi AS.
Hal tersebut berdampak pada adanya aliran modal asing yang masuk ke negara tersebut. Myanmar digadang-gadang bakal menjadi salah satu motor penggerak perekonomian regional Asia Tenggara.
Namun sayang adanya peristiwa pendudukan militer ini kembali mencoret citra Myamnar di dunia internasional. Hal ini tentu saja membuat para investor yang hendak menanamkan modalnya ke negara yang berpenduduk 50 juta jiwa tersebut menjadi urung.
Padahal sebelumnya Burma sudah mulai kebanjiran aliran modal asing. Reuters melaporkan lima tahun lalu, Myanmar menjadi daya tarik yang besar bagi investor global terutama Asia.
Telenor dari Norwegia dan Ooredoo dari Qatar meraup kontrak untuk memasang jaringan seluler pada tahun 2013. Beberapa tahun kemudian, Kirin dari Jepang merogoh uang senilai US$ 560 juta untuk membeli saham mayoritas di pabrik bir terbesar di negara itu.
Menurut Bank Dunia, investasi asing langsung ke Myanmar antara 2010 dan 2019 mencapai US$ 37 miliar, naik 40% dari dekade sebelumnya. Baru-baru ini pada bulan Desember, perusahaan investasi CVC Capital setuju untuk membeli perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Myanmar.
Sebelum peristiwa ini, citra internasional Myanmar juga tercoreng akibat adanya tindakan penganiayaan dan pembantaian terhadap komunitas muslim minoritas Rohingnya pada 2017 silam.
Lebih lanjut Reuters melaporkan Kirin mengatakan bahwa pihaknya ragu-ragu terkait investasinya setelah adanya penyelidikan independen dan tidak dapat mengesampingkan bahwa mitra minoritasnya memiliki hubungan militer.
Adanya pandemi Covid-19 dan ketidakstabilan politik di dalam negeri membuat prospek pertumbuhan ekonomi Myanmar menjadi suram. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Myanmar tumbuh di bawah 2% pada 2020 dan menjadi yang terendah sejak 1999.
(twg/sef)[Gambas:Video CNBC]
