Internasional

Wadaw! China Panas ke Biden Gegara Laut China Selatan

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
29 January 2021 16:50
The Vietnamese-claimed Southwest Cay island in the Spratly island group is seen from a Philippine Air Force C-130 transport plane during the visit to the Philippine-claimed Thitu Island by Defense Secretary Delfin Lorenzana, Armed Forces Chief Gen. Eduardo Ano and other officials in disputed South China Sea, western Philippines, Friday, April 21, 2017. The South China Sea issue is expected to be discussed in the 20th ASEAN Summit of Leaders next week. (Francis Malasig, Pool Photo via AP)
Foto: AP/Francis Malasig

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China mengenai Laut China Selatan (LCS) di era kepemimpinan baru Presiden Joe Biden nampaknya akan tetap meruncing. Pasalnya Washington masih mengirimkan armada tempur dengan jumlah yang besar ke lautan itu untuk menahan ekspansi China.

Melihat langkah ini, Beijing bereaksi. Melalui Kementerian Pertahanannya, China menyatakan bahwa misi kapal AS di LCS itu adalah misi yang mustahil.

"Fakta menunjukkan bahwa menahan China adalah misi yang mustahil, dan hanya akan berakhir dengan menembak diri Anda sendiri," kata juru bicara kementerian pertahanan Wu Qian pada Kamis (28/1/2021) seperti dikutip AFP.

"Hubungan militer China-AS saat ini berada pada titik awal bersejarah yang baru dengan kedatangan pemerintahan Biden," kata Wu, sambil mendesak AS untuk mengadopsi "mentalitas non-konfrontatif, saling menghormati, dan win-win solution".

China semakin menegaskan kehadirannya di wilayah yang disengketakan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan secara agresif memperluas wilayahnya melalui pulau-pulau dan terumbu karang buatan manusia, yang membuat kecewa tetangga Asia Tenggara dengan klaim yang bersaing.

Sebagai tanggapan, pemerintahan pendahulu Biden pada masa Presiden Donald Trump sering mengirim kapal perang di dekat pulau-pulau yang dikendalikan oleh Beijing dalam "operasi kebebasan navigasi" yang oleh China dianggap sebagai postur belaka.

Washington telah berusaha untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara Asia minggu ini, dengan Presiden AS Joe Biden menegaskan kembali "komitmen teguh" pemerintahannya untuk membela Jepang, termasuk Kepulauan Senkaku yang disengketakan yang diklaim oleh China, dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri (PM) Yoshihide Suga.

Menteri Pertahanan AS yang baru, Lloyd Austin III, juga membahas ancaman keamanan regional dalam panggilan telepon baru-baru ini dengan mitranya di Korea Selatan, Australia dan India. Australia dan India akhir-akhir ini memiliki hubungan yang memburuk dengan China.

Sebagai tanggapan, juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian menolak aliansi keamanan AS-Jepang sebagai "peninggalan Perang Dingin", dan mengatakan bahwa perselisihan di Laut China Selatan harus diselesaikan antara "negara-negara yang terlibat langsung", dan bukan yang ada di luar daerah itu.

LCS memiliki kepentingan ekonomi yang sangat besar. Lautan ini menjadi jalur sepertiga dari perdagangan dunia dengan nilai sekitar US$ 3 miliar sekaligus menjadi rumah bagi cadangan minyak dan gas yang besar. China mengklaim90persen lautan ini, namun Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim sebagian darinya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia-Ukraina Minggir, Situasi Genting Berada di Dekat RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular