
Oh No! Ekonomi AS Terburuk dalam 74 Tahun, Minus 3,5% di 2020

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Paman Sam gagal meroket di kuartal keempat (Q4) tahun lalu. Lonjakan kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS) membuat karantina wilayah (lockdown) kembali diterapkan dan kondisi perekonomian tertekan.
Pada Q3 produk domestik bruto (PDB) AS melesat 33% (annualized). Namun laju roda perekonomian harus kembali melambat di Q4. Pada tiga bulan terakhir tahun 2020 pertumbuhan PDB AS yang disetahunkan tercatat hanya 4% saja.
Secara setahun penuh, output perekonomian AS mengalami kontraksi atau minus sebesar 3,5% (yoy). Ini merupakan kontraksi terdalam sejak perang dunia kedua berkecamuk.
Dengan angka pertumbuhan yang negatif itu maka bisa dikatakan AS mencatatkan kinerja perekonomian terendah sejak 74 tahun terakhir.
Saat Covid-19 merajalela masyarakat AS cenderung menahan konsumsinya. Padahal dengan populasi mencapai 350 juta jiwa, konsumsi rumah tangga berkontribusi lebih dari dua pertiga output perekonomian AS.
Tahun lalu konsumsi masyarakat AS mengalami kontraksi sebesar 3,9% dan menjadi yang terendah sejak tahun 1932.
Pelaku usaha di AS juga ikut terdampak. Penjualan yang menurun mengakibatkan produksi barang dan jasa ikut melambat. Bahkan ada yang terkontraksi. Pebisnis lebih memilih menahan diri untuk tidak berekspansi.
Kebutuhan akan tenaga kerja mengalami penurunan. Akibatnya pengangguran melonjak. Saat lockdown ketat diterapkan tingkat pengangguran di AS tembus dobel digit mencapai 14,8%. Tingkat pengangguran kemudian berangsur menurun menjadi 6,7% di bulan Desember.
Meski mengalami penurunan tingkat pengangguran di AS masih berada di level tertingginya dalam lima tahun terakhir. Hingga Desember 2020 ada 10,7 juta orang yang menyandang status sebagai pengangguran di AS.
Sebuah survei oleh para profesor di Universitas Chicago dan Universitas Notre Dame menunjukkan kemiskinan meningkat sebesar 2,4 poin persentase menjadi 11,8% pada paruh kedua tahun 2020. Kenaikan paling tajam sejak tahun 1960-an yang membuat jumlah penduduk miskin meningkat menjadi sebanyak 8,1 juta orang.
Perkembangan kasus infeksi Covid-19 yang terus memburuk dan membuat AS menjadi negara paling parah terjangkit Covid-19 membuat stimulus fiskal senilai kurang lebih US$ 3 triliun kurang memiliki dampak signifikan. Bahkan sampai tahun 2021 masyarakat dan pelaku usaha di AS masih membutuhkan uluran tangan dari pemerintah.