
Tesla Sangat Minat Masuk RI, Kapan Realisasinya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pabrikan raksasa mobil listrik asal Amerika Serikat (AS) Tesla makin serius untuk masuk berinvestasi di Indonesia. Meski pergerakannya terlihat senyap, namun pemerintah mengakui komunikasi terus berjalan.
Akan tetapi, pemerintah terikat dalam Non Disclosure Agreement atau menjaga informasi penting atau rahasia. Sehingga Tesla sangat ketat terkait informasi yang disampaikan ke media.
"Karena mereka perusahaan publik, mereka memang minta detail-detil tidak dibuka ke media, tapi saya bisa sampaikan Tesla sudah sadari nikel ini adalah satu komponen lithium baterai yang sangat signifikan belum tergantikan, mereka sangat minat sekali masuk ke Indonesia," kata Septian Hario Seto dalam Closing Bell, CNBC Indonesia (Rabu, 27/01/2021).
Namun Septian menyampaikan bahwa Tesla berencana memasuki dua bagian investasi, yakni di pembuatan baterai dan energy storage system.
"Bisa dibilang untuk teknologi baterai, Tesla salah satu yang terbaik secara pribadi dibanding LG, CATL. Tesla teknologi baterainya selangkah lebih maju dalam coverage distance, sekitar 650 km sekali cash full," sebutnya.
Sedangkan energy storage system adalah semacam giga baterai skala besar yang bisa menyimpan tenaga listrik besar hingga megawatt untuk stabilisator atau untuk pengganti sebagai pembangkit peaker.
"Ini yang juga mereka bicarakan. Mereka teknologi sangat advance di Australia, beberapa proyek sudah dilakukan dan sangat berhasil," sebutnya.
Hingga kini, pemerintah masih menunggu proposal detil dari Tesla seperti apa. Meski sudah ada pembicaraan namun proposal juga penting dalam hal penawaran kerjasama.
"Kalau kami dari Pemerintah ingin hilirisasi dari industri baterai ada di Indonesia. Supply chain dari lithium baterai cukup panjang, nikel ore diekstrak nikel dan kobalt-nya dibuat prekursor ke katoda nanti dicampur anoda jadi baterai sel, baterai sel nanti dibangun jadi battery pack. Yang kita sampaikan ke LG, CATL dan ke Tesla bahwa paling tidak 70% dari nikel yang mereka peroleh di Indonesia itu harus diproduksi dalam bentuk battery pack, jadi bukan hanya bentuk prekursor atau katoda kemudian mereka ekspor," katanya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pesaing Tesla, Mobil Listrik di China Dibanderol Rp 75 Juta