Begini Kebijakan Presiden Baru AS Joe Biden Soal Taliban

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 January 2021 19:10
Afghan horse riders compete for the goat during a friendly buzkashi match on the outskirts of Kabul, Afghanistan, Friday, Dec. 27, 2019. Buzkashi is a traditional and the national sport of Afghanistan, where players compete to place a goat carcass into a goal circle. It was banned during the Taliban rule. (AP Photo/Rahmat Gul)
Foto: Tradisi Buzkashi di Afghanistan (AP Photo/Rahmat Gul)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah komando Presiden Joe Biden akan meninjau ulang kesepakatan antara Paman Sam dengan Taliban.

Pemerintahan akan fokus apakah kelompok pemberontak telah mengurangi serangan di Afghanistan, sesuai dengan isi perjanjian antara kedua belah pihak, seperti dikutip AFP, Sabtu (23/1/2021).

Washington mencapai kesepakatan dengan Taliban di Qatar tahun lalu untuk mulai menarik pasukanya dengan imbalan jaminan keamanan dari para militan dan komitmen untuk memulai pembicaran damai dengan pemerintah Afghanistan.

Namun, kekerasaan di Afghanistan semakin meningkat meskipun kedua pihak terlibat dalam pembicaraan tersebut sejak September.

Penasihat Keamanan Nasional Presiden Jake Sullivan telah berbicara dengan mitranya dari Afghanistan Hamdullah Mohib dan menjelaskan niat AS untuk meninjau kembali kesepakatan tersebut, kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Emily Horne.

Secara khusus, Washington ingin mengetahui secara pasti bahwa Taliban memenuhi komitmennya untuk memutuskan hubungan dengan kelompok teroris dalam rangka mengurangi kekerasaan di Afghanistan.

Horne menambahkan, bahwa Sullivan telah menggarisbawahi bahwa AS akan mendukung semua proses perdamaian dengan upaya diplomatik yang kuat dan regional untuk membantu kedua belah pihak mencapai penyelesaian politik yang adil serta gencatan senjata permanen.

Sullivan juga membahas dukungan AS untuk melindungi kemajuan yang dicapai baru-baru ini pada hak perempuan dan kelompok minoritas sebagai bagian dari proses perdamaian.

Langkah tersebut disambut baik oleh pejabat di Kabul, setelah berbulan-bulan spekulasi tentang bagaimana pemerintahan baru berpotensi mengkalibrasi ulang kebijakan di Afghanistan.

Mohib, penasihat keamanan nasional Afghanistan melalui akun Twitter resminya megatakan selama panggilan tersebut kedua belah pihak setuju untuk melakukan gencatan senjata permanen dan pedamaian yang adil dan tahan lama.

Serangan mematikan dan pembunuhan besar-besaran telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, terutama di Kabul di mana beberapa jurnalis, aktivitas, hakim dan politisi telah dibunuh dalam serangan yang dilakukan secara terang-terangan.

Taliban sendiri telah menyangkal bertanggung jawab atas serangan tersebut, tetapi pejabat Afghanistan dan AS menyalahkan kelompok tersebut atas pembunuhan itu.

 


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Hamburkan Rp32.000 T di Afghanistan, Paling Gede buat Ini!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular