Korban Meninggal Akibat Gempa Sulbar Tembus 90 Orang

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
21 January 2021 12:25
Presiden Joko Widodo meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang mengalami kerusakan karena gempa di Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang mengalami kerusakan karena gempa di Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Rabu (20/1/2021) pukul 15.00 WIB mencatat korban meninggal akibat gempa di Majene Sulawesi Barat mencapai 90 jiwa.

Mengutip data dari BNPB di Jakarta, Kamis (21/1/2021) korban meninggal tersebut diantaranya 11 jiwa di Majene dan 79 diantaranya di Mamuju. Tercatat pula ada 3 korban yang dinyatakan hilang di Desa Aholiang, Majene.

Saat ini, sebanyak 9.905 orang mengungsi. Di mana ada 663 orang mengalami luka-luka. Adapun 189 orang diantaranya luka berat, 240 orang mengalami luka sedang dan 234 orang luka ringan.

Sebagai informasi, gempa magnitudo 6,2 mengguncang Majene pada Jumat (15/1/2021) pukul 01.28 WIB. Pusat gempa berada di darat, 6 km di timur laut Majene, tidak berpotensi tsunami.

Adapun semalam, berdasarkan info Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kembali terjadi gempa dengan skala lebih kecil yaitu 3,7 SR. Gempa terjadi pada Rabu (20/1/2021) pukul 21.19 WIB. Pusat gempa berada di darat 42 km Tenggara Mamuju Tengah.

"Kedalaman 6 Km Dirasakan (MMI) II-III Topoyo, II Mamuju, II Bonehau," demikian laporan BMKG.

Terkait gempa yang terjadi Jumat lalu, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memaparkan beberapa analisis penyebab dari gempa bumi di Majene.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM EkoBudi Lelono mengatakan, berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman, gempa tersebut berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif di sekitar lokasi pusat gempa bumi berupa sesar naik.

Dia menjelaskan, jalur sesar naik ini berasosiasi dengan lipatan (fold thrust belt) yang banyak terdapat di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat. Jalur sesar naik ini diperkirakan menerus ke arah darat.

"Gempa bumi akibat sesar naik di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat pernah memicu terjadinya tsunami pada 1928, 1967, 1969 dan 1984," jelasnya.

"Dari kajian geologi, di sana banyak jalur lipatan sesar naik," imbuhnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BNPB Benarkan Ada Penjarahan Bantuan Menuju Sulbar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular