
Awal Mula Perkara Pedagang Sapi Jabodetabek Mogok Berjualan

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya harga daging sapi di pasar sejak awal tahun membuat pedagang gerah. Pedagang daging di kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) melakukan aksi mogok jualan selama 3 hari.
Keluhan soal tingginya harga daging muncul karena selama tiga bulan terakhir pedagang kesulitan menjual dagangannya. Alasannya karena kenaikan harganya tinggi dan mendapat respons buruk dari konsumen.
"Ada sudut pandang miring dari konsumen seolah-olah harga daging ulah pengecer. Sesungguhnya nggak gitu. Udah rugi disangka negatif," sebut Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi kepada CNBC Indonesia dikutip Kamis (21/1/21).
Padahal, kenaikan harga sudah terjadi dari sisi hulu, yakni importir. Pihak importir sapi mendapatkan harga yang sudah sangat tinggi dari negara produsen seperti Australia per Juli 2020 sudah pada posisi US$ 3,6 dolar per 1 kg bobot hidup sapi bakalan, dan harga per bulan Januari - Februari 2021 sudah masuk pada posisi US$ 3,9 dolar per 1 kg bobot hidup sapi bakalan. Harga itu belum termasuk biaya-biaya bongkar muat pelabuhan dan transportasi.
"Kenaikan harga terjadi sejak Juli 2020 sampai Januari 2021 sudah mencapai Rp 13.000,-/kg pembelian sapi bakalan dari Australia," paparnya.
Kenaikan harga ini yang membuat pedagang memilih untuk mogok. Sebab, jika tetap berdagang maka yang ada timbul kerugian.
Demi mencari solusi, Kementerian Perdagangan (Kemendag)mempertemukan kedua pihak baik sisi hulu atau importir yakni Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) serta sisi hilir dari pedagang sapi eceran yakni Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI).
Sayangnya, pertemuan ini baru terlaksana setelah ada kenaikan sapi dalam dua hingga tiga bulan terakhir. Hasil dari pertemuan ini deadlock alias tidak ada kesepakatan menurunkan harga.
Bukannya menurunkan harga, solusi yang muncul dari pertemuan itu bakal menaikkan harga. Pengambilan keputusan ini secara terpaksa demi bisa menghidupi kedua sektor.
"Pemerintah akan memberi rilis bahwa standardisasi harga eceran daging di pasar nggak lagi Rp 120 ribu, Rp 115 ribu, Rp 105 ribu. Jadi standardisasi harga di tingkat pengecer Rp 130 ribu karena kenaikan harga sangat luar biasa," kata Asnawi.
Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan juga meminta kepada Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) sementara waktu untuk jangka dua bulan ke depan tidak ada kenaikan harga lagi timbang hidup sapi di feedloter, yaitu dengan harga Rp. 47.000,- s/d 48.500 per kg bobot hidup.
"Harga karkas di level Rp. 87 ribu, nilai jual rata-rata di 113,5-114 ribu/Kg. Sekarang timbang karkas harganya udah Rp. 96 ribu berati selisih angkanya ada kenaikan Rp. 9 ribu. Sekarang jual di harga yang sama, berarti yang didapat rugi," jelasnya.
Ke depan, pedagang daging sapi berencana kembali berjualan secepatnya. Namun, pedagang daging sapi mempertimbangkan ancaman mogok itu agar urung terlaksana berkepanjangan karena pemerintah sudah mengabulkan permintaan pedagang untuk menaikkan harga sapi.
"Ketika pemerintah melalui Ditjen Perdagangan Dalam Negeri telah mengumumkan hasil kesepakatan ke publik media cetak dan elektronik melalui proses konferensi pers, pedagang diminta untuk kembali berdagang," kata Asnawi.
(cha/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pedagang Daging Ancam Mogok Berjualan Mulai Senin
