
Biden Presiden AS, China 'Balas Dendam' ke Trump Cs

Jakarta, CNBC Indonesia - Joe Biden telah secara resmi menjadi Presiden Amerika Serikat (AS). Biden dan wakilnya Kamala Harris telah mengambil sumpah menjadi orang nomor satu dan nomor dua di negeri adidaya itu pada Rabu (20/1/2021) di gedung parlemen The Capitol tepat pukul 12.00 waktu Washington DC.
Biden menggeser Donald Trump yang terkenal dengan kebijakan kontroversialnya mengenai beberapa hal, salah satunya China. Momentum ini dimanfaatkan Beijing untuk 'membalaskan dendamnya' pada beberapa pejabat di era Trump yang selalu menuding China melakukan aktivitas illegal.
Mengutip CNBC International, pemerintah China memberikan sanksi ke 28 orang kepercayaan Trump sewaktu ia menjabat. Dantaranya mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, mantan Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien dan mantan Penasihat Perdagangan Peter Navarro.
"Selama beberapa tahun terakhir beberapa politisi anti-China di AS, karena kepentingan politik mereka yang egois dan prasangka serta kebencian terhadap China dan tidak menunjukkan perhatian pada kepentingan rakyat China dan Amerika, telah merencanakan, mempromosikan dan melaksanakan sebuah serangkaian gerakan gila yang telah sangat mengganggu urusan dalam negeri China. Merusak kepentingan China. Menyinggung rakyat China dan sangat mengganggu hubungan China-AS," tulis Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan dikutip Kamis (21/1/2021).
"China telah memutuskan untuk memberikan sanksi kepada 28 orang yang telah secara serius melanggar kedaulatan China dan yang terutama bertanggung jawab atas tindakan AS semacam itu pada masalah terkait China."
Tak hanya tiga figur itu, sosok penting lainnya juga dikenai sanksi. Seperti mantan penasihat keamanan nasional John Bolton dan mantan penasihat Trump, Steve Bannon, juga dikenai sanksi.
"Orang-orang ini dan anggota keluarga dekat mereka dilarang memasuki daratan, Hong Kong, dan Macau, China. Mereka dan perusahaan serta institusi yang terkait dengan mereka juga dilarang berbisnis dengan China," tulis Kemenlu China lagi.
Hubungan yang buruk antara Washington dan Beijing semakin intensif di bawah pemerintahan Trump. Kedua negara terlibat perang dagang sejak 2018, belum lagi sejumlah masalah lain dari Hong Kong, Xinjiang, teknologi hingga Laut China Selatan (LCS).
Sebelumnya, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying sempat mengatakan pemerintahan Trump menekan akselerator untuk 'membuang' hubungan China-AS. China bahkan dijadikan target.
"Politisi AS tertentu sangat tidak bertanggung jawab sehingga mereka akan mengatakan apa pun yang perlu dikatakan untuk menjadikan China target," ucapnya tahun lalu.
Pompeo sebelumnya menggambarkan Huawei dan bisnis lain yang didukung negara China sebagai 'kuda Troya untuk intelijen China'. Pada bulan Juli, Pompeo mengumumkan bahwa AS akan melarang TikTok serta aplikasi media sosial China lainnya, dengan alasan masalah keamanan nasional.
Pada bulan Juni, O'Brien mengecam China karena daftar pelanggaran cucian sebelum mengatakan bahwa 'hari-hari pasif dan naif Amerika terkait China telah berakhir'. Selain itu Pemerintahan Trump juga selalu menyalahkan China atas pandemi mematikan yang disebabkan oleh virus corona.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump 'Gebuk' Xi Jinping Lagi, Tak Sudi Beli Barang China
