
China Lockdown Makan Korban, 2 Komoditas Ini Di-warning

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang baru kasus virus corona (Covid-19) di provinsi Hebei China yang berbuntut penguncian (lockdown) rupanya memicu pembatasan transportasi. Ini berakibat pada terganggunya pengangkutan industri logam unggulan di wilayah tersebut.
Pasalnya, lockdown di provinsi Hebei mencakup area di sekitar pabrik baja. Sehingga membatasi pengangkutan logam ke pelanggan.
China adalah produsen baja top dunia. Di mana provinsi Hebei menyumbang lebih dari 20% dari total output negara.
Meski lockdown tersebut kemungkinan tidak akan mempengaruhi produksi baja untuk saat ini, penyedia data komoditas S&P Global Platts mengatakan hal itu tetap dapat mengganggu permintaan. Ini memacu sektor manufaktur bisa berhenti bekerja lebih awal dari perencanaan menjelang liburan Tahun Baru Imlek.
Para analis juga mengatakan permintaan dan harga bahan mentah yang digunakan untuk membuat baja seperti bijih besi juga bisa melonjak.
Pabrik dan lokasi konstruksi di China akan berhenti bekerja lebih awal dari biasanya menjelang liburan Tahun Baru Imlek antara 11 dan 17 Februari. Hal itu kemungkinan akan menekan permintaan baja, yang banyak digunakan di sektor tersebut.
S&P Global Platts mengatakan pemerintah menyarankan pekerja manufaktur dan konstruksi untuk kembali ke rumah sebelum periode puncak perjalanan liburan.
"Menurut sumber pasar, Beijing telah melakukan ini dalam (sebuah) upaya untuk mengurangi kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 selama dan setelah liburan Tahun Baru Imlek," tulis perusahaan itu, dikutip dari CNBC International, Rabu (20/1/2021).
Penghentian pekerjaan lebih awal menunjukkan permintaan baja akan turun, menyebabkan persediaan meningkat di tempat lain.
"Beberapa pedagang mengatakan mereka tidak ingin meningkatkan persediaan baja mereka karena mereka mengantisipasi harus menyimpan ini lebih lama dari biasanya, dan dengan harga baja yang terus melonjak, persediaan bangunan akan memberi tekanan pada arus kas mereka," tambah S&P Global Platts.
Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di bank Australia ANZ, mengatakan bahwa risiko dapat menyebar ke bijih besi.
"Ada kekhawatiran bahwa peningkatan lebih lanjut dalam kasus virus korona di Hebei dapat mengakibatkan beberapa daerah pembuat baja terkunci. Ini jelas akan berdampak pada permintaan bijih besi, karena pabrik baja kemungkinan akan melihat rantai pasokan terganggu, sehingga mempengaruhi produksi baja," katanya.
Konsultan penelitian energi Wood Mackenzie juga mengatakan efek riak sudah terlihat pada biaya bahan mentah yang digunakan untuk memproses baja seperti batu bara kokas.
Harga batu bara kokas melonjak dan sekitar 450 yuan per ton lebih tinggi dari tahun lalu, menurut Zhilu Wang, rekan peneliti di perusahaan tersebut.
"Ini karena adanya pembatasan transportasi antar provinsi di provinsi Hebei yang mengakibatkan kenaikan biaya transportasi," kata Wang.
Meskipun hal ini pada gilirannya dapat mendukung harga baja, Wang memperkirakan secara keseluruhan akan sedikit melemah karena pedagang menyimpan lebih sedikit komoditas karena ketidakpastian Covid-19.
Kasus virus corona di Hebei telah meningkat sejak awal tahun, sehingga membuat provinsi tersebut untuk melockdown ibukotanya, Shijiazhuang, dan setidaknya dua daerah lain dalam upaya menahan penyebaran virus ini.
China kini tercatat memiliki 88.557 kasus positif, dengan 4.635 kasus kematian, dan 82.449 pasien berhasil sembuh, menurut data Worldometers.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Bangkit dari Kubur', China Diserang Gelombang Kedua Corona