Capaian Minim, ESDM Pede Target EBT 23% Tercapai di 2025

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
15 January 2021 11:15
Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Sokoria sebanyak 5 MW/Gustidha Budiartie
Foto: Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Sokoria sebanyak 5 MW/Gustidha Budiartie

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah optimis target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23% pada 2025 mendatang bisa tercapai, meski sampai dengan 2020 capaiannya baru 11,51%.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan target ini masih realistis berdasarkan penghitungan yang sudah dilakukan.

"Kalau jawab sekarang, ya kita akan capai 23%, tapi kan buktinya nanti ya, di 31 Desember 2025. Kita pastikan angka-angkanya masuk," ungkapnya dalam konferensi pers 'Capaian Kerja 2020 dan Rencana Kerja 2021 Subsektor EBTKE' secara virtual, Kamis (14/01/2021).

Menurutnya, target tersebut realistis dengan pertimbangan tambahan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan setiap tahunnya hingga 2025 mendatang.

"Angkanya sudah masuk di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Kita akan menambah 9.000-an mega watt (MW) untuk pembangkit listrik EBT. Ini angkanya masuk 23% untuk pembangkit listrik yang melalui PLN," jelasnya.

Kemudian untuk bahan bakar minyak (BBM), pemerintah memastikan program biodiesel 30% (B30) akan tetap diberlakukan. Lalu, dalam dua sampai tiga tahun ke depan akan masuk produk bahan bakar hijau seperti green diesel atau green gasoline, bensin atau solar yang diproduksi langsung di kilang dengan bahan baku minyak sawit.

Selain pembangkit listrik berbasis EBT yang masuk ke sistem jaringan PLN maupun biodiesel, hadirnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap juga berkontribusi dalam meningkatkan bauran energi baru terbarukan nasional. Meski masuk ke jaringan PLN, namun tujuan utama PLTS Atap yaitu untuk pemakaian sendiri.

"Kalau siang dipakai di rumah, sisanya dikirim ke PLN, meski secara kapasitas nambah, tapi tidak nambah di PLN karena sebagian besar dipakai sendiri," jelasnya.

Dadan menyebut kapasitas PLTS Atap hingga 2020 mencapai 13 mega watt (MW). Pada 2021 ini diyakini akan bertambah sampai sekitar 70 MW. Demi mencapai target ini, maka menurutnya akan dilakukan perbaikan regulasi agar masyarakat semakin tertarik memasang PLTS Atap, baik di atas rumah maupun pabrik.

"Misalnya di Coca Cola Amatil Indonesia di Cikarang, itu kan 7,2 MW di satu pabrik. Dan mereka punya 3-4 pabrik ukuran sama. Waktu kami berkunjung ke sana, mereka sampaikan 'Pak, kalau bisa diperbaiki (regulasinya), kita akan pasang lebih banyak lagi'," tuturnya.

Oleh karena itu, menurutnya pemerintah akan mencoba memperbaiki regulasi dengan tetap memperhatikan kebutuhan di PLN karena PLN tetap menyediakan listrik meskipun konsumen menggunakan PLTS Atap. Tujuannya yaitu agar tidak ada kerugian keekonomian di PLN.

Saat ini bagi pengguna PLTS Atap pada setiap pengiriman 100 kilo watt hour (kWh) ke PLN, pelanggan hanya bisa memakai 65%-nya saja. Saat ini sedang dibahas dengan PLN agar bisa dinaikkan. Karena kalau bisa mengambil lebih banyak maka akan lebih menarik.

"Kalau bisa ambil lebih banyak, akan lebih menarik, sehingga keekonomian lebih baik, insya Allah angka 23% sudah terpetakan dengan baik capai 2025," tegasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow! PLTS Ditargetkan Meroket dari 0,15 GW ke 17,6 GW di 2035

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular