Internasional

Ngeri, Biden Ditarget Milisi Rasis di Pelantikan Presiden AS

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
14 January 2021 16:28
President-elect Joe Biden speaks about the violent protests in Washington from The Queen theater in Wilmington, Del., Wednesday, Jan. 6, 2021. Biden has called the violent protests on the U.S. Capitol
Foto: AP/Susan Walsh

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang pelantikannya beberapa hari lagi, Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden dikabarkan menjadi sasaran para kelompok milisi bersenjata dan ekstrimis rasis. Ia menjadi target pasca penyerbuan gedung kongres, The Capitol Hill, minggu lalu.

Dilansir New York Times, ointelijen Paman Sam menyatakan bahwa kelompok itu bernama Boogaloo. Organisasi ini memiliki keinginan untuk terjadinya peperangan antar ras yang meluas.

"(Boogaloo) dapat mengeksploitasi akibat dari pelanggaran Capitol dengan melakukan serangan untuk mengacaukan dan memaksa konflik klimaks di AS," menurut buletin yang dikeluarkan oleh Pusat Kontra Terorisme Nasional dan Departemen Kehakiman dan Keamanan Dalam Negeri, yang disebarkan secara luas ke lembaga penegak hukum di seluruh negeri, dikutip Kamis (14/1/2021).

Lebih lanjut beberapa badan pejabat federal AS menyatakan bahwa organisasi ini sangat mungkin menjadi ancaman terorisme domestik terbesar pada 2021. Dalam laporan yang dirilis itu kelompok ekstremis ini telah memandang penyerbuan Capitol sebagai sebuah signal penting.

Kematian Ashli Babbitt juga menjadi penyemangat lain bagi kelompok ini. Babbitt adalah salah satu pendukung Presiden AS Donald Trump yang tewas saat mencoba menerobos ke Capitol 6 Januari lalu.

Ia dikenal juga sebagai seorang pendukung kelompok ekstrem kanan di AS, We are Q (QAnon). Ini merujuk ke teori konspirasi yang digaungkan kelompok tersebut tentang perang klandestin melawan sindikat yang dikaitkan dengan penyembah setan.

Selain itu, para pejabat federal juga menyebut bahwa narasi Trump soal kecurangan pemilu juga menyebabkan beberapa individu mengadopsi keyakinan bahwa tidak ada solusi politik untuk mengatasi keluhan mereka. Ini akan semakin melegalkan tindakan kekerasan.

Sebagaimana diketahui, penyerbuan Capitol terjadi setelah massa pendukung Trump mengadakan demonstrasi besar-besaran menuntut parlemen AS untuk membatalkan kemenangan Joe Biden pada Pilpres 3 November lalu. Dalam aksi unjuk rasa itu, Trump hadir dan menyatakan kepada pendukungnya bahwa ia tidak akan menyerah dalam pemilu yang disebutnya penuh kecurangan itu.

Saat ini status darurat masih berlaku di Washington D.C, ibu kota AS, hingga 24 Januari nanti. Pada 20 Januari Biden akan dilantik.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ternyata Ini yang Diharapkan Jokowi dari Joe Biden

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular