Vaksinasi Covid-19 Dimulai, Peritel Minta PSBB Transisi

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
13 January 2021 18:30
In this photo released by the Indonesian Presidential Palace, President Joko Widodo prepares to receive a shot of COVID-19 vaccine at Merdeka Palace in Jakarta, Indonesia, Wednesday, Jan. 13, 2021. Widodo on Wednesday received the first shot of a Chinese-made COVID-19 vaccine after Indonesia approved it for emergency use and began efforts to vaccine millions of people in the world's fourth most populated country. Writings on the banner in the background read
Foto: Presiden Joko Widodo menerima vaksinasi Covid-19 Perdana di Indonesia, 13 Januari 2021. (Agus Suparto/Indonesian Presidential Palace via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) melihat mulai adanya vaksinasi covid-19 ini menjadi sentimen positif terhadap industri ritel. Sehingga ada baiknya aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat saat ini sudah bisa diubah menjadi aturan PSBB transisi.

"PSBB sekarang sebenarnya bisa menjadi PSBB transisi. PSBB transisi sebenarnya itu yang menjadi keseimbangan aturan rem dan gas. perlu ngegas pada saat ekonomi bergerak. Ritel sendiri di tahun 2020 masih under perform,"kata Ketua Umum Aprindo, Roy Nicholas Mandey, kepada CNBC Indonesia TV, Rabu (13/1/2021).

Dia mencontohkan saat bulan April - Mei saat PSBB ketat pertama omzet ritel bisa mencapai -26,13%. Padahal itu bulan Ramadhan yang seharusnya omzet ritel bisa naik sampai 45%. Bulan Juni -17%, Juli -12%, Agustus -9% dengan kontraksi positif.

"Tetapi Ketika ada PSBB kedua di bulan September-Oktober ini minusnya bertambah lagi jadi minus 8 akhirnya -10% juta di bulan oktober, artinya sangat rentan dengan situasi kondisi PSBB. Sementara kita cluster dari mall tidak terjadi karena masuk mall ada prosesnya, masuk ritel ada prosesnya," katanya.

Peritel juga masih berharap dengan kompensasi dari pemerintah. Menurut Roy penyaluran kredit korporasi baru sekitar 2,5%-3% dari yang sudah dikucurkan dan ini masih kecil untuk mendukung operasional ritel serta restrukturisasi kredit komersial.

"Kita juga berhubungan dengan bank masih dikenakan kredit komersial di 9% bunga tinggi. Belum dapatkan bunga rendah dari dana PEN baik untuk korporasi kredit maupun yang bunganya 3%-3,8%. Nah ini kita masih berharap," katanya.

Selain itu kelanjutan dari kebijakan fiskal dan moneter. Roy berharap ada kelanjutan dari PMK 44 untuk relaksasi perpajakan. Serta kepastian bantuan untuk para pekerja.

"Subsidi bagi para pekerja di ritel dalam hal tenaga kerja UMR bisa disalurkan ke BPJS tidak harus ke ritel, dan langsung pekerja 50% swasta dan 50% dari pemerintah, ini sangat membantu saat ini. Ada kekhawatiran kita buka toko atau tidak di masa seperti ini, tapi jika ada bantuan bisa lebih pasti untuk melakukan operasional," katanya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jalan Panjang Indonesia Menuju Vaksinasi Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular