
Cegah Produksi Blok Rokan Anjlok, Begini 3 Jurus SKK Migas

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) akan mengelola Blok Rokan, Riau pada Agustus 2021 mendatang, setelah berakhirnya kontrak Chevron Pacific Indonesia (CPI).
Belajar dari pengalaman pengalihan Blok Mahakam dari Total E&P Indonesie kepada Pertamina pada 2018 lalu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan berupaya agar produksi di Blok Rokan tidak anjlok saat alih kelola ini.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan ada tiga langkah untuk mencegah produksi Blok Rokan tidak anjlok pascatransisi. Pertama, yakni menjaga investasi serta menjaga pengeboran di masa-masa transisi.
"Ini penting supaya menjaga, merawat sumur-sumur yang ada. Tidak begitu operator lama pergi langsung jatuh. Maka alhamdulilah tanda tangan Heads of Agreement (HoA) sekitar September (2020) ya," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (12/01/2021).
Dwi menyebut HoA ini menjadi yang pertama kali diimplementasikan di Indonesia, yakni investasi di masa transisi. Menurutnya, di masa transisi ini akan ada investasi sekitar US$ 150 juta dan pengeboran sekitar 115 sumur.
"Bagaimana mengembalikan investasinya adalah dengan cara pembiayaan dipercepat dan sebagainya. Pertamina masuk di Rokan, produksinya tidak terjun jauh, itu yang pertama," jelasnya.
Upaya kedua adalah dibentuknya steering committee (komite pengarah) dan tim kerja untuk transisi, di mana dalam proses transisi ini dilakukan pendataaan. Hal ini dikarenakan pemindahan data menjadi hal yang sangat penting.
"Data pemindahan data penting sekali," kata Dwi.
Selain soal data, menurutnya masalah tenaga kerja juga perlu diperhatikan. Menurutnya, Pertamina akan sangat peduli dan memperhatikan kaitannya dengan tenaga kerja.
"Manfaatkan tenaga kerja yang sudah sangat familiar dengan ladang di sana," tuturnya.
Langkah terakhir yang diambil dalam masa transisi ini adalah persiapan melaksanakan Enhanced Oil Recovery (EOR). Penelitian EOR di Blok Rokan ini menurutnya sudah dilakukan sejak sekitar 10 tahun lalu.
"Mestinya tahun-tahun ini ketika nanti Pertamina masuk, tinggal pilot plan, dan kita harapkan bisa berproduksi pada 2024," ujarnya.
Sebelumnya, PT Chevron Pacific Indonesia, operator Blok Rokan, Riau, menyampaikan telah memulai kembali kegiatan pengeboran meski kontrak pengelolaan akan berakhir pada Agustus 2021 dan selanjutnya dialihkan kepada PT Pertamina (Persero).
Sonitha Poernomo, Manager Corporate Communications PT Chevron Pacific Indonesia, mengatakan Chevron kembali melakukan kegiatan pengeboran di Blok Rokan, Duri, Riau pada 29 Desember 2020 setelah mendapatkan seluruh izin yang diperlukan.
"Kami sangat mengapresiasi kepada semua pihak yang telah membantu," tuturnya dalam pesan tertulis kepada CNBC Indonesia, Selasa (29/12/2020).
Kembali dilakukannya pengeboran meski kontrak perusahaan di Blok Rokan akan berakhir dalam hitungan bulan, menurutnya ini merupakan bukti komitmen perusahaan untuk menjaga tingkat produksi pada saat transisi dan masa-masa berikutnya.
"Ini merupakan bukti komitmen kami untuk menjaga tingkat produksi pada saat transisi dan masa-masa berikutnya yang tentu saja akan sangat bermanfaat baik bagi Pemerintah maupun operator berikutnya," tuturnya.
Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Arizon Suardin mengatakan, lifting minyak di Blok Rokan pada 2021 ini ditargetkan mencapai sekitar 165 ribu barel per hari (bph). Adapun lifting minyak di Blok Rokan hingga kuartal III 2020 mencapai rata-rata sekitar 176.298 bph. Ini berarti, lifting minyak dari Blok Rokan pada tahun ini ada penurunan sekitar 6,25%.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Begini Strategi Pertamina Tingkatkan Produksi Blok Rokan
