Peristiwa nan tragis itu berawal kala pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC engan rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di sebelah utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.
Kabar terbaru, Posko Terpadu Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) hingga Senin kemarin (11/1/2021) telah menerima 21 kantong berisi bagian tubuh korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Humas Basarnas Yusuf Latif menjelaskan kapal dari Polisi Air Polda Metro Jaya pada pukul 15.00 WIB telah menyerahkan kantong berisi 14 bagian tubuh yang sudah berhasil dikumpulkan dari penyisiran di Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu sejak Minggu (10/1/2021).
Selain kantong berisi 14 bagian tubuh korban, kata Yusuf, Polisi Air juga menyerahkan beberapa kantong yang berisi 53 properti serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
1. Bupati Dapat Info Ada Pesawat Jatuh dan Meledak di Pulau Laki
Bupati Kepulauan Seribu Junaedi menceritakan dia mendapat informasi yang menyebut ada pesawat jatuh di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu.
Junaedi menyebut menerima informasi itu sekitar pukul 14.30 WIB. Juanedi mengatakan pesawat tersebut jatuh dan meledak.
"Iya katanya ada (pesawat jatuh) tadi jam 14.30 WIB. Mungkin saat ini sedang ada pencarian. Infonya ada (pesawat) yang jatuh, meledak di Pulau Laki," ujar Junaedi, dilansir detikcom, Sabtu lalu (9/1/2021).
Junaedi menjelaskan Pulau Laki berada di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Tidung. Menurutnya, Pulau Laki merupakan tempat tidak berpenghuni.
2. Nelayan Dengar Dentuman
Kesaksian juga datang dari para nelayan. Para nelayan di Pelabuhan Tanjung Kait mengaku sempat mendengar dentuman suara di tengah laut.
"Denger ledakan siang abis ngelaut. Cuma denger ledakan. Kayak geluduk-petir," kata Yakub, salah seorang nelayan, dikutip Detikcom.
Senada dengan Yakub, nelayan lainnya menuturkan mendengar suara dentuman yang sama. Ia mendengar sekitar pukul 15.00 WIB saat melaut.
"Sekitar jam 3. Pesawat nggak lihat. Cuma mendengar saja. Karena gelap hujan-angin. Tahu-tahunya boom... sekali saja," kata Sholeh.
Pihak kepolisian ikut melakukan pencarian terkait pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang hilang kontak di Kepulauan Seribu. Polisi menerima informasi adanya suara dentuman di sekitar Pulau Laki sore tadi.
"Ada informasi dari nelayan di sekitar Pulau Laki sekitar pukul 15.00 WIB sebelah timur Pulau Laki, itu ada yang mendengar suara seperti petir, kemudian ledakan, ya dentuman seperti itulah," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, Sabtu (9/1/2021).
3. Nelayan Pulau Lancang Lihat Puing-Puing Beterbangan
Nelayan Pulau Lancang, Hendrik Mulyadi, menceritakan detik-detik saat ia menyaksikan pesawat Sriwijaya Air SJ182 jatuh.
Hendrik berada di lokasi yang diduga kuat menjadi lokasi jatuhnya pesawat itu bersama dua rekannya yang merupakan ABK (anak buah kapal) di kapal pencari rajungan.
"Saat itu hujan cukup besar (kemungkinan berkabut), dan kami bertiga di tengah laut sedang konsentrasi mengambil bubu (alat penangkap rajungan), tiba-tiba ada seperti kilat ke arah air disusul dentuman keras, puing berterbangan sama air (ombaknya) tinggi sekali, untung kapal saya enggak apa-apa," kata Hendrik, dilansir Detik dari kantor berita Indonesia, Antara, Senin (11/1/2021).
Setelah rangkaian kejadian yang berlangsung di bawah dua menit tersebut, Hendrik mengaku dia dan dua rekannya tidak bisa melakukan apa-apa selain bertanya-tanya ada apa gerangan yang terjadi dan sempat mengira itu adalah bom yang jatuh dan meledak.
Namun anehnya, menurut Hendrik, sesaat sebelum kejadian, tidak terdengar suara mesin pesawat sebelum dentuman keras serta tidak terlihat kobaran api membubung sesaat setelah dentuman keras.
"Suara mesin nggak ada. Terus saat kejadian nggak kelihatan ada api, hanya asap putih, puing-puing yang berterbangan, air yang berombak besar, dan ada aroma seperti bahan bakar," katanya.
Meski tidak mengalami cedera dan kapalnya tidak mengalami kerusakan, Hendrik mengaku masih terguncang, hingga tidak enak makan dan tidur sampai tak sanggup bekerja mencari rajungan seperti sedia kala.
4. Rumah Warga Bergetar
Penduduk Pulau Lancang, Junaenah (40), memberikan kesaksian saat peristiwa Sriwjaya Air SJ182 jatuh di Kepulauan Seribu. Dia mengaku mendengar suara menggelegar bak petir hingga menggetarkan kaca jendela rumah penduduk.
"Hari itu hujan campur angin kencang, tiba-tiba ada suara 'duar' terdengar keras sekali sampai rumah (kaca rumah) bergetar," kata Junaenah, masih dikutip dari kantor berita Indonesia, Antara, Senin (11/1/2021).
Menurut Junaenah, kala itu, situasi tidak ada yang berbeda, ada masyarakat yang melaut, mencari rajungan (sejenis kepiting), dengan kebanyakan masyarakat berada di dalam rumahnya berlindung dari hujan. Rumah Junaenah berada sekitar 200 meter dari bibir pantai.
"Pas dengar saya kaget: Ya Allah, suara apa itu, karena besar sekali seperti bom. Tapi saya dan anak-anak tidak keluar karena saya kira hanya petir di tengah hujan," ujarnya.
Akhirnya kabar kejadian yang sebenarnya datang dan tersiar sekitar pukul 16.00 WIB, setelah adanya pengumuman Kementerian Perhubungan bahwa satu pesawat maskapai Sriwijaya Air hilang kontak di sekitar perairan Kepulauan Seribu. Kabar itu juga diperkuat oleh warga lainnya kembali dari melaut.
Dari kabar yang dibawa nelayan yang melaut, warga Pulau Lancang mengetahui ledakan tersebut adalah berasal dari sebuah pesawat yang mengalami kejadian nahas jatuh di antara tempat mereka dengan Pulau Laki yang tak berpenghuni.
"Nelayan yang baru pulang mengabari bahwa di sana (perairan Pulau Lancang-Pulau Laki) ada pesawat yang jatuh. Saya langsung ingat oh mungkin itu yang siang tadi (saat hujan) saya kira petir sangat besar," ucap Marsu, Ketua RT 001/RW 001 Pulau Lancang.
Marsu menyebutkan, seketika mendapatkan kabar tersebut, banyak warga Pulau Lancang yang dikerahkan untuk melakukan pencarian dan evakuasi di lokasi jatuhnya pesawat yang akhirnya diketahui merupakan milik Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak dengan nomor register PK-CLC.
"Akhirnya pihak berwenang di sini berinisiatif untuk mengumpulkan warga dan melakukan pencarian sebisanya sampai dihentikan sekitar pukul 21.00 WIB," ucap Marsu.