
Ini Jurus SKK Migas Kejar Target Produksi Minyak 1 Juta BPH

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memiliki target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan sejumlah upaya yang dilakukan pihaknya guna mencapai target produksi migas tersebut. Dia mengatakan, salah satu upaya untuk meningkatkan produksi migas, yang perlu dilakukan yaitu meningkatkan jumlah pengeboran.
Menurutnya, para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau produsen migas telah menyepakati peningkatan jumlah pengeboran sumur migas mulai tahun ini.
"Untuk pengeboran, seluruh KKKS sudah memasukkan rencana pengeboran dalam rencana kerjanya, di 2020 ini ada 240 sumur, di 2021 menjadi 616 sumur, target kita ada peningkatan lebih dari dua kali," ungkapnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (11/01/2021).
Menurut Dwi dengan peningkatan pengeboran ini, bakal mendukung upaya lifting yang sudah ditargetkan. Dia menyebut harus ada kenaikan produksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan proyek-proyek yang akan onstream di 2021 sebesar 40 ribu sampai 50 ribu bph.
"Yang juga tidak boleh dilupakan di 2021 yang kira-kira akan mendukung peningkatan produksi kita yaitu dengan pengeboran work over naik, well service naik. Kita juga harus prepare (persiapkan) eksplorasi," lanjutnya.
Lebih lanjut Dwi mengatakan, terkait dengan aktivitas eksplorasi, ada tiga terobosan yang sudah disiapkan, seperti seismik di sepanjang pulau Jawa dan pengukuran seismik dengan pesawat terbang di daerah Papua.
Selain eksplorasi, imbuhnya, untuk kegiatan operasional, SKK Migas juga berupaya membantu KKKS dalam hal proses perizinan dan administrasi guna mempermudah KKKS dalam beraktivitas.
"Supporting dari SKK Migas dengan memperbaiki one door service policy-nya, kita harapkan akan membantu para KKKS di dalam pengurusan di dalam berbagai perizinan maupun urusan pembebasan lahan, AMDAL dan sebagainya," tuturnya.
Berdasarkan data SKK Migas, tahun 2021 ini produksi minyak terangkut (lifting) ditargetkan sebesar 705 ribu bph dan lifting gas 5.638 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Adapun realisasi lifting minyak pada 2020 mencapai 706 ribu bph atau 93,5% dari target dalam APBN 2020 yang dipatok di awal sebesar 755 ribu bph dan lifting gas 5.461 MMSCFD atau 81,87% dari target di APBN 2020 yang pada awalnya dipatok 6.670 MMSCFD, bahkan masih lebih rendah dari target revisi APBN atau APBNP 2020 yang ditetapkan sebesar 5.556 MMSCFD.
Sebelumnya, Hadi Ismoyo, Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), mengatakan dilihat dari sisi cadangan, target produksi minyak 1 juta bph bisa saja dicapai, namun sayangnya Indonesia termasuk negara yang rumit di dalam berbisnis, baik di sektor migas dan non migas.
Menurutnya, ada lima pilar yang harus digenjot untuk mendongkrak produksi ke 1 juta bph, di antaranya program pengeboran sumur (well work program), optimasi permukaan (surface optimization), percepatan rencana pengembangan lapangan marginal (speed up POD marginal field), Enhanced Oil Recovery (EOR), dan eksplorasi.
"Lima pilar ini adalah tugas Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), tapi tanpa dukungan pemerintah tidak bisa mencapai itu (1 juta bph). Kuncinya adalah masif dan agresif," ungkapnya dalam acara diskusi 'Road to 1 Million BOPD and 12 BSCFD Gas in 2030' secara daring, Jumat (20/11/2020).
Kemudian, untuk kegiatan EOR dia meminta agar bisa difokuskan pada Blok Rokan. Daripada berbicara di banyak lapangan yang belum tentu ekonomis, menurutnya Blok Rokan sangat prospektif untuk digencarkan program EOR. Potensi minyak di Blok Rokan menurutnya bisa mencapai 8,5 miliar. Jika 10% saja diambil, sudah mencapai 850 juta barel.
"Daripada ngomong di banyak lapangan, EOR difokuskan di Rokan saja. Saya optimis, meski banyak yang mengatakan (target 1 juta bph) ini impossible (mustahil), tapi saya instruksikan untuk support ini," paparnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat Bu Sri Mulyani, Penerimaan Migas Tahun Ini Meleset!
