
Minyak Jelantah Bisa Dibikin Biodiesel, Negara Ini Sudah Coba

Jakarta, CNBC Indonesia - Minyak jelantah ternyata masih bisa dimanfaatkan sebagai alternatif bahan baku biodiesel. Bahkan, pemanfaatan biodiesel berbasis minyak jelantah di dunia sudah dilakukan di beberapa negara.
Sejumlah negara yang telah memproduksi biodiesel dari minyak jelantah itu antara lain Finlandia, Inggris, Amerika Serikat, Belanda, China, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, termasuk Indonesia.
Meski minyak jelantah bisa diproduksi menjadi biodiesel, namun memiliki tantangan tersendiri.
Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan kandungan air menjadi salah satu tantangan biodiesel yang berasal dari minyak jelantah.
"Kalau spec (spesifikasi) ini bisa dipenuhi, ini bisa dijual kepada masyarakat. Nah ini mungkin yang harus dilihat lagi. Apakah produksi biodiesel dari minyak jelantah ini bisa memenuhi spec campuran B30," ungkapnya dalam 'Katadata Forum Virtual Series: Peluang Minyak Jelantah Sebagai Alternatif Bahan Baku Biodiesel', Kamis (07/01/2021).
Menurutnya, Indonesia memiliki peluang yang cukup besar karena termasuk pengguna minyak goreng yang cukup banyak. Dalam satu tahun penggunaan minyak goreng rumah tangga sebesar 13 juta ton, atau setara dengan 16,2 juta kilo liter (kl) per tahun.
"Kalau kita lihat potensi jelantahnya, setiap tahunnya ada 3 juta kl. Kalau bisa dikelola dengan baik, ini bisa untuk memenuhi kebutuhan biodiesel nasional," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, peluang pemasaran minyak jelantah ini tidak hanya di dalam negeri, tapi juga luar negeri. Hal ini karena di luar negeri menurutnya minyak jelantah ini juga cukup laku. Berdasarkan beberapa literatur, imbuhnya, penghematan biaya bisa dilakukan dengan pemanfaatan minyak jelantah ini.
"Tapi ini mungkin harus dilihat lagi karena beberapa industri yang ada, beberapa tidak sustain (berkelanjutan). Kita bisa mengurangi emisi hingga 90% dibandingkan kalau kita pakai solar," paparnya.
Feby menjelaskan, beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam pemanfaatan minyak jelantah ini. Pertama, yakni terkait kandungan di dalam minyak jelantah. Karena minyak jelantah ini mengandung asam lemak bebas yang cukup tinggi, sementara biodiesel punya spesifikasi yang cukup ketat.
Selain itu, tantangan dari sisi harga atau tata niaga minyak jelantah. Menurutnya, fluktuatifnya harga minyak jelantah juga menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan penggunaan teknologi agar menjadi lebih efisien.
"Ini jatuh-jatuhnya masalah harga, bagaimana kita bisa menyediakan bahan bakar dengan harga yang terjangkau. Kemudian insentif, serta terbatasnya badan usaha yang terlibat," tuturnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Jelantah RI Laku Keras di 5 Negara Ini, Kasih Cuan Jumbo