Internasional

Konglomerat China Berakhir Penjara Setelah Kritik Pemerintah

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
05 January 2021 11:08
Jimmy Lai (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konglomerat China yang juga taipan e-commerce Alibaba, Jack Ma, akhir-akhir dikabarkan 'menghilang'. Tidak ada yang mengetahui secara pasti di mana taipan 56 tahun itu berada.

Selain itu media sosialnya juga tidak mengeluarkan update terbaru mengenai kondisi Ma saat ini. Jika dihitung sudah dua bulan, tak ada aktivitas di Twitter sang konglomerat.

Ini terjadi pasca pemerintah China mengintervensi IPO perusahaan Ant Griup miliknya di awal November. IPO yang sebelumnya diperkirakan memecahkan rekor lebih dari 300 miliar dollar (Rp 4,1 kuadriliun) dibatalkan pemerintah karena soal kepatuhan.

Alibaba, perusahaannya yang lain, juga sedang dalam penyelidikan pemerintah China karena disebut-sebut melanggar undang-undang anti monopoli. Ia pun diminta tidak keluar negeri untuk proses penyidikan.

Namun sebelum itu semua terjadi, Jack Ma sempat menyerukan reformasi sistem keuangan yang "yang menahan inovasi bisnis". Ia menyamakan peraturan perbankan yang diterapkan China saat ini sebagai "klub orang tua".

Jack Ma juga mengatakan Bank China beroperasi dengan mentalitas "pegadaian", sebagaimana dilaporkan oleh Reuters. Mengutip Wall Street Journal pada November 2020 dari sumber pejabat setempat, Presiden Xi Jinping sendiri yang telah memerintahkan regulator China untuk melakukan investigasi.

Sebenarnya Jack Ma bukan satu-satunya pengusaha yang berurusan dengan hukum di China. Bahkan beberapa di antaranya berakhir dengan masuk bui. Berikut diantaranya.

Halaman 2>>

Pada September 2020 lalu taipan properti yang juga dikenal dekat dengan pemerintahan partai komunis Ren Zhiqiang dijebloskan ke penjara.

Pengadilan di Beijing memutuskan Ren bersalah atas berbagai tuduhan, termasuk menggelapkan sekitar 110,6 juta yuan (Rp 238 miliar) dana publik, menerima suap, dan penyalahgunaan kekuasaan yang menyebabkan kerugian sebesar 116,7 juta yuan (Rp 251 miliar) untuk perusahaan properti milik negara yang pernah dia tuju.

Hakim menghukumnya 18 tahun penjara dan menjatuhkan denda 4,2 juta yuan (Rp 9 miliar) Pengadilan mengatakan dia "secara sukarela mengakui semua kejahatannya" dan "bersedia menerima putusan pengadilan setelah semua keuntungan ilegalnya ditemukan".

Tuduhan ini selalu dikait-kaitkan dengan aksi yang dilakukan Ren beberapa waktu sebelum ia ditahan. Sebelumnya dalam esai yang secara luas dikaitkan dengan Ren Maret lalu, penulis mengecam tindakan keras partai terhadap kebebasan pers dan intoleransi perbedaan pendapat. Meskipun esai itu tidak menyebut nama Xi, namun esai itu secara tidak langsung menyebut pemimpin tertinggi negara itu sebagai "badut" yang haus kekuasaan.

"Saya tidak melihat seorang kaisar berdiri di sana memamerkan 'pakaian barunya', tetapi seorang badut yang menanggalkan pakaiannya dan bersikeras untuk terus menjadi seorang kaisar," kata Ren menulis tentang pidato Xi kepada 170.000 pejabat di seluruh negeri pada konferensi video massal tentang langkah-langkah pengendalian epidemi pada 23 Februari.

Esai tersebut selanjutnya menuduh Partai Komunis menempatkan kepentingannya sendiri di atas keselamatan rakyat China, untuk mengamankan kekuasaannya.

"Tanpa sebuah media yang mewakili kepentingan rakyat dengan mempublikasikan fakta-fakta aktual, kehidupan masyarakat dirusak oleh virus dan penyakit utama sistem," tulis Ren.

Setelah esai itu dipublikasikan secara online, Ren menghilang dan kerabatnya khawatir dia telah ditahan. Pihak berwenang mengkonfirmasi bahwa Ren sedang diselidiki atas tuduhan terkait korupsi pada awal April.

Halaman 3>>

Jimmy Lai merupakan raja media asal Hong Kong. Ia memilikisurat kabar Apple Daily dan Next Magazine yang sangat pro-demokrasi dan seringkali melontarkan kritikan terhadap Beijing.

Melansir AFP, seorang sumber mengatakan bahwa Lai ditahan karena tuduhan berkolusi dengan pihak asing untuk menjatuhkan China, yang merupakan sebuah pelanggaran besar dalam Undang-Undang Keamanan baru yang ditekan oleh parlemen Hong Kong. Selain itu ia juga dituduh melakukan penipuan.

Bagi masyarakat Hong Kong, Lai merupakan seorang pahlawan dengan berani secara keras mengkritik langkah Xi Jinping dalam memperbesar pengaruhnya di wilayah otonomi Hong Kong. Sehari setelah penahanannya, warga beramai-ramai memborong habis surat kabar besutannya itu.

Namun bagi Beijing, Lai merupakan seorang penghianat besar yang berniat menjatuhkan legitimasi pemerintah China. China menduga bahwa ia merupakan ketua "Gangof Four" yang berniat menghancurkan China.




(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kado Pahit China Untuk Jack Ma

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular