
Ngeri! Ini Ganasnya Penyebaran Mutasi Covid-19 di Inggris

Jakarta, CNBC Indonesia- Epidemiolog University of Derby Dono Widiatmoko menyatakan Inggris tengah mengalami kurva kedua dari pandemi Covid-19. Di negara ini pun telah ditemukan varian baru dari Sars Cov-2 yang dikatakan lebih mudah menular dibandingkan sebelumnya. Saat ini tercatat rata-rata kasus baru sekitar 50 ribu per harinya seiring dengan masifnya tes dan deteksi yang dilakukan pemerintah Inggris.
Untuk menekan penularan kasus virus corona, Pemerintah Inggris telah menerapkan pembatasan aktivitas warga melalui lockdown terhadap 75% wilayah dan bersiap melakukan lockdown nasional.
Inggris juga menjadi salah satu negara yang pertama menyuntikan vaksin Covid-19 dalam dua minggu terakhir.
Dia menambahkan vaksin merupakan upaya pemerintah Inggris untuk mencegah dampak yang lebih besar. Selain itu, yang dilakukan secara kesehatan masyarakat dilakukan pula lockdown atau karantina wilayah yang lebih ketat dan menghentikan aktivitas ekonomi sejak sebelum natal.
"Hari ini harusnya sekolah dibuka tetapi diundur sampai dengan dua minggu ke depan, sambil melihat kondisinya. Semua berubah menjadi online kecuali kebutuhan dasar dan aktivitas ekonomi sudah dihentikan sebelum natal kemarin," kata Dono kepada CNBC Indonesia, Senin (04/01/2021).
Dia mengatakan salah satu kebijakan dalam menangani Covid-19 adalah pasien yang bergejala berat harus dirawat di Rumah Sakit. Untuk itu pemerintah Inggris memfokuskan perhatian mereka ke yang bergejala berat, pasien yang memiliki penyakit dengan gejala ringan dapat ditunda pemeriksaan dan perwatan sehingga RS hanya fokus melakukan pemeriksaan pasien Covid-19 dengan gejala berat.
Meski Inggris telah melakukan vaksinasi dalam dua minggu terakhir, Dono mengakui masih belum terlihat angka penurunan kasus sejak dilakukan vaksinasi, karena masih terlalu dini untuk melihat hasilnya.
"Jadi terlalu dini untuk kita melihat apakah akan ada hasilnya vaksinasinya, walaupun di Inggris sudah mulai vaksinasi 1 juta dosis dari Pfizer. Tapi kami lihat masih terbatas pada mereka yang berisiko tinggi yakni orang-orang yang sudah berusia lanjut, dan juga tenaga medis. Jadi vaksin memang difokuskan pada mereka yang berisiko tinggi dan yang melakukan pelayanan di depan, tapi masih terlalu dini melihat hasilnya," kata Dono.
Selain itu, dia juga membantah adanya kabar bahwa vaksinasi yang dilakukan memunculkan mutasi virus baru. Dono menegaskan seperti pada virus lainnya, varian baru dapat muncul secara alamiah dan perubahan pun tidak selalu menjadi lebih berbahaya. Meski demikian para ahli saat ini tengah memantau pergerakan dari mutasi gen virus Sars Cov-2, berdasarkan data genetika dari GISAID.
"Tentang varian yang ada, sebenarnya virus Sars Cov-2 ini sama seperti virus lainnya mudah bermutasi. Jadi kebetulan yang dilakukan evidence based, dan dilakukan genomic typing (pemeriksaan gen) menjadikan perubahan gen bisa terjadi secara cepat. Tapi bukan berati di tempat lain tidak ada, ini sama seperti virus flu yang sering bermutasi," jelasnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 3 Tahun Pandemi, Negara & Wilayah Ini Tetap Nol Kasus Corona
