Kacau! Krisis Tahu-Tempe Gegara Kedelai, Mentan Buka Suara

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
04 January 2021 14:35
Pekerja beraktivitas di Rumah Produksi Tahu di kawasan Jakarta, Senin (4/1/2021). Produksi tahu di lokasi ini kembali dilanjutkan setelah beberapa hari belakangan mogok akibat naiknya harga kedelai yang mencapai Rp9.200 per kilogram dari harga normal Rp72.00 per kilogram. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pekerja beraktivitas di Rumah Produksi Tahu di kawasan Jakarta, Senin (4/1/2021). Produksi tahu di lokasi ini kembali dilanjutkan setelah beberapa hari belakangan mogok akibat naiknya harga kedelai yang mencapai Rp9.200 per kilogram dari harga normal Rp72.00 per kilogram. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasok tahu dan tempe dalam beberapa hari terakhir sangat langka terutama di Jakarta dan sekitarnya. Pengrajin memilih mogok produksi karena harga kedelai sebagai bahan baku telah naik tajam.

Menanggapi itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengklaim bakal melakukan langkah-langkah terkait meningkatkan jumlah angka produksi kedelai dari petani lokal. Sayangnya, butuh waktu yang tidak sedikit untuk mencapainya.

"Kita coba lipatgandakan kekuatan yang ada, sehingga tentu saja dengan hitungan sekian hari. Ini kan membutuhkan 100 hari minimal kalau pertanaman. Dua kali 100 hari bisa kita sikapi secara bertahap sambil ada agenda seperti apa mempersiapkan ketersediaannya," kata SYL di Jakarta, Senin (4/1/21).

Dengan waktu selama itu, memang menimbulkan kekhawatiran akan stok yang kian menipis. Saat ini, Indonesia kesulitan untuk mendapatkan impor kedelai dari luar negeri karena keterbatasan stok. Alhasil, petani dalam negeri yang kini kembali menjadi andalan.

"Paling penting ketersediaannya, bukan cuman harga. Tentu saja bekerja sama dengan kementerian lain," sebutnya.

Sayangnya, SYL enggan menyebut langkah konkret yang akan menjadi pilihan Kementan. Padahal, itu penting demi mengantisipasi kelangkaan kedelai yang terus terjadi. Selain itu, polemik harga juga kian menjadi masalah.

"Saya akan sikapi di lapangan. Saya tidak mau janji dulu karena saya lagi kerja. Dan Insya Allah dari agenda agenda yang kita siapkan hari ini mudah mudahan ini bisa menjadi jawaban. Tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi ini menjadi jawaban dalam kontraksi kontraksi yang ada," sebutnya.

Harga kedelai internasional sudah naik 65% pada tahun lalu, menurut Ketua Umum Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia Aip Syarifuddin, China mengimpor hampir semua jenis kedelai, baik yang kualitasnya bagus maupun buruk. Dampaknya pada ketersediaan stok kedelai di pasar sehingga berimbas pada harga.

Di Negeri Tirai Bambu, penggunaan kedelai pun beragam. Ada yang dikonsumsi untuk pakan ternak, terutama babi, susu hingga untuk minyak nabati. Menjelang tahun baru Imlek pada Februari biasanya permintaan terhadap daging babi meningkat.

Geliat sektor peternakan babi membuat permintaan terhadap pakannya mengalami kenaikan. Sebagai salah satu importir terbesar di dunia, wajar saja jika permintaan yang tinggi di China turut mengerek harga kedelai.

"Permintaan China yang tadinya 75 juta ton, naik jadi 92 juta ton sekarang, permintaan naik katanya ya untuk Imlek Februari. Kemudian bikin cadangan lagi 25 juta ton, katanya agar babi gemuk untuk pesta imlek, sehingga permintaan dari China luar biasa," kata Aip kepada CNBC Indonesia.

Kenaikan harga kedelai global juga turut dirasakan di Tanah Air. Harga kedelai bahkan sudah mencapai Rp 10.000 per kg. Hal ini membuat para produsen tempe dan tahu menjerit dan memutuskan untuk mogok produksi.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Tempe-Tahu Besok Berakhir, Tapi Harga Naik Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular