Pengusaha Respons Mendag Baru: M Lutfi Itu Pedagang Aslinya!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
28 December 2020 20:20
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengikuti upacara pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/12/2020). Presiden melantik enam menteri untuk menggantikan posisi menteri lama (reshuffle) dan lima wakil menteri, diantaranya Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial, Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama, Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan, Sandiaga Salahudin Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta M Lutfi sebagai Menteri Perdagangan. (BPMI Setpres/Muchlis Jr)
Foto: Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengikuti upacara pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/12/2020). (BPMI Setpres/Muchlis Jr)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan (Mendag) M. Lutfi memiliki tugas berat dalam menggerakkan sektor perdagangan di masa pandemi Covid-19 antara lain menggenjot ekspor. Berbagai perjanjian perdagangan dengan negara mitra pun dikebut.

Waketum Kadin Bidang Perdagangan, Benny Soetrisno menilai PR besar Lutfi yang harus diatasi saat ini adalah meningkatkan daya saing ekspor Indonesia terutama pada sektor mana saja yang berpeluang untuk tumbuh. Alhasil, Lutfi perlu memilih barang yang memiliki daya saing untuk ekspor. Namun, Benny percaya dengan kemampuan Lutfi, karena dianggap punya jiwa dagang yang tinggi.

"Kita harus milih barangnya, tidak semua kita bisa (kirim). Tapi ada juga barangnya yang pasti kita bisa isi cerukan-cerukan pasar itu. Misal ada bahan baku ngga dimiliki negara lain, negara kita miliki, tapi barang itu dibutuhkan semua negara. Misal dari pertanian atau pertambangan atau kerajinan, kita punya kerajinan yang cukup beragam yang bisa ditonjolkan," kata Benny dalam Closing Bell, CNBC Indonesia (Senin, 28/12/2020).

Untuk bisa memenuhi capaian itu, Indonesia harus giat mencari peluang pasar di negara lain. Benny menyoroti bagaimana Indonesia memiliki peluang tersebut dengan perjanjian dagang dengan beragam negara.

Di tengah bulan ini, Indonesia baru saja menekan Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) yang saat itu masih dikomandani Agus Suparmanto sebagai Mendag.

Selain itu, ada juga Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang berlaku pertengahan tahun 2020 lalu. Tidak ketinggalan, Benny melihat prospek dari perjanjian dagang lainnya.

"Saya rasa Pak lutfi harus review satu per satu perjanjian dagang kita, contohnya kita punya CEPA dengan Chile, masuk ke Amerika Selatan. Amerika selatan kalau kita gabung penduduknya lebih besar dibanding Asean. Kita punya pintu Chile itu mau diapain setelah CEPA ditandatangani," sebut Benny.

"Tentu yang harus diperhatikan Pak Lutfi perjanjian dagang itu apa yang bisa dimanfaatkan, jangan sampai perjanjian dagang selesai di atas kertas, selesai minum anggur cocktail setelah itu kita ngga bisa laksanakan," lanjutnya.

Benny percaya Lutfi bisa menanganinya. Apalagi, bukan kali ini saja Benny berdiskusi dengan mantan Duta Besar Amerika Serikat yang juga pernah jadi mendag ini.

"Ada satu contoh yang masih hangat di ingatan saya. Mungkin dua minggu setelah menjabat Dubes AS, malam-malam Pak Lutfi menelpon saya untuk membicarakan HS number kepala 6, kalau itu bea masuk diturunkan, itu menurut Pak Benny berapa ekspor kita naiknya ke AS dan berapa lapangan kerja yang bertambah. Itu saya jelaskan, itu baru dua minggu kerja di AS, saya kira sense of dagang tinggi sekali, karena yang bersangkutan (M Lutfi) juga pedagang aslinya," sebut Ketua umum (ketum) Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) itu.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cerita M Lutfi Tak Jadi Terbang ke AS Gegara Dipanggil Istana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular