Dari Wuhan Sampai RI, Jutaan Kematian Dalam Elegi Corona

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
28 December 2020 18:35
Pemakaman Pasien Corona di Italia (Claudio Furlan/LaPresse via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah hampir setahun pandemi virus corona (Covid-19) berlangsung di Indonesia. Per Senin (28/12/2020), sudah tercatat ada lebih dari 713.365 kasus positif, dengan 21.237 kematian, dan 583.676 pasien berhasil sembuh.

Awalnya, virus dengan nama resmi SARS-CoV-2 ini muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei di China pada Desember 2019. Namun ada data yang menyatakan virus ini sudah ada sejak bulan September 2019, sebelum terungkap kepada masyarakat dunia.

Meski belum diketahui pasti dari mana virus corona berasal, pemerintah China menduga virus itu berasal dari hewan liar yang diperdagangkan di Pasar Makanan Laut Huanan (Huanan Seafood Market) yang terletak di pusat kota Wuhan. Apalagi sejumlah penderita awal yang terjangkit virus adalah karyawan pasar makanan tersebut.

Virus ini kemudian menyebar hingga ke 218 negara dan wilayah di seluruh dunia, termasuk dan beberapa alat angkut internasional, yakni kapal pesiar Diamond Princess, MS Westerdam, dan World Dream.

Ribuan penumpang dan ratusan awak kapal terpaksa mengalami karantina dan terombang-ambing di lautan luas sebelum para penumpang menunjukkan hasil negatif Covid-19 dan diperbolehkan mendarat di daerah yang terdekat dengan lokasi kapal mereka.

Akibatnya beberapa wilayah dan negara sudah mulai memberlakukan aturan penguncian (lockdown) dan menutup semua akses keluar-masuk dari dan ke wilayah atau negara tersebut. Masyarakat juga harus berada di rumah saja dan hanya boleh bepergian hanya untuk berbelanja bulanan. Mereka juga wajib mengenakan masker untuk meminimalisir penularan.

Akibatnya tidak sedikit toko dan restoran yang ditutup, melemahkan banyak industri, termasuk industri penerbangan, hingga banyak orang yang menjadi pengangguran.

Tak lama muncul berita heboh mengenai penularan virus corona melalui udara (airborne). Hal ini diketahui setelah sebanyak 239 peneliti dari 32 negara menerbitkan surat terbuka ke Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan lembaga kesehatan lain. Mereka meminta lembaga itu, memperbarui informasi tentang virus corona (Covid-19).

Laporan ini dimuat pertama kali oleh The New York Times. "Ada potensi yang signifikan dari paparan inhalasi terhadap virus dalam tetesan (droplet) yang sangat kecil (mikro) pada jarak pendek dan menengah (dalam beberapa meter atau skala kamar)," tulis CNBC International mengutip harian tersebut.

Crosses and red balloons are placed in the sand on Copacabana beach in a demonstration organized by Rio de Paz to honor the victims of COVID-19, as the country heads to a milestone of 100,000 new coronavirus related deaths, in Rio de Janeiro, Brazil, Saturday, Aug. 8, 2020. (AP Photo/Mario Lobao)Foto: 100 ribu kematian karena virus corona di Brazil. AP/Mario Lobao

Ini, tulis media itu, bertentangan dengan apa informasi yang WHO sebut selama ini. Di mana virus ditularkan melalui tetesan (droplets) dari hidung atau mulut yang dikeluarkan ketika seseorang batuk, bersin atau berbicara sehingga menekankan satu sama lain untuk menjaga jarak, teratur mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik berbahan dasar alkohol.

Lebih lanjut, media AS itu menulis, jika penularan virus melalui udara merupakan faktor penting dalam pandemi global ini, terutama di ruang ramai dengan ventilasi yang buruk, konsekuensi untuk pencegahan akan menjadi signifikan. Masker mungkin diperlukan di dalam ruangan, bahkan dalam pengaturan jarak sosial sekalipun.

WHO melalui salah satu juru bicaranya mengatakan telah menerima surat terbuka tersebut, dan menyebut sedang meninjau hasil riset dari para pakar itu. Hingga kini WHO masih mewajibkan penggunaan masker 3 lapis agar menghindari tertularnya virus corona dari manusia ke manusia.

Hingga hari ini, lebih dari 81 juta penduduk dunia telah tertular Covid-19. Sebanyak 1,77 juta di antaranya mengalami nasib nahas dijemput oleh malaikat maut. Sementara 57 juta mengalami kesembuhan dan menambah panjang daftar para penyintas di dunia.

Kasus pertama virus corona di Indonesia ditemukan pada 1 Maret 2020. Dua warga Depok, ibu (64 tahun) dan anak perempuannya (31 tahun), yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo dirawat di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara positif terjangkit virus Covid-19 usai bertemu dengan warga negara Jepang dalam klub dansa.

Mitos Indonesia 'kebal' corona pun patah. Saat itu setidaknya sudah ada 50 negara yang sudah mengkonfirmasi memiliki kasus Covid-19.

Setelah itu penyebaran corona di RI kian masif. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi jadi pejabat negara pertama yang terkonfirmasi positif Covid-19 pada Maret 2020. Selain Budi Karya, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo juga dikabarkan positif Covid-19 pada awal bulan September lalu.

Kemudian pada 31 Maret 2020, Jokowi resmi mengumumkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020. Setiap daerah dapat mengajukan penerapan PSBB yang nantinya disetujui oleh Menteri Kesehatan RI.

Sayangnya hingga kini pandemi virus corona di Indonesia belum terlihat melandai meskipun PSBB sudah diberlakukan beberapa kali.

Selain itu awal bulan Juli 2020, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) merilis produk kalung Eucalyptus yang diberi nama "Kalung Antivirus Corona''. Kalung berisi Eucalyptus (kayu putih) ini diklaim dapat berpotensi membunuh virus corona penyebab COVID-19.

Kalung ini pun menuai tanggapan beragam dari berbagai pihak karena dianggap tidak berfaedah dan bukan prioritas untuk diproduksi massal. Tanggapan negatif dari masyarakat akhirnya menuai bukti setelah ditemukan banyak pekerja di Kementan yang positif Covid-19 meskipun menggunakan kalung Eucalyptus tersebut.

Hingga awal September lalu, RI menjadi negara dengan kasus positif corona tertinggi kedua di Asia Tenggara, di bawah Filipina. Namun, kasus kematiannya menjadi yang tertinggi ketiga di Asia, dibawah India dan Iran.

Sementara soal vaksinasi, bekerja sama dengan perusahaan biofarmasi asal Cina, Sinovac, Indonesia melalui PT Bio Farma sudah melakukan uji klinis tahap tiga vaksin corona mulai awal Agustus lalu. Lokasi uji klinis di enam titik kota Bandung. Sebanyak 1.620 relawan dilibatkan dalam pengembangan vaksin, tak terkecuali Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Awal Desember, RI berhasil memboyong sebanyak 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 produksi Sinovac. Vaksin Sinovac adalah vaksin berjenis inactivated vaccine. Secara singkat inactivated vaccine artinya, vaksin yang menggunakan versi lemah atau inaktivasi dari virus untuk memancing respon imun.

Sementara akhir Desember ini, Kemenkes akhirnya merilis aturan pelaksanaan vaksin Covid-19. Salah satu yang diatur adalah daftar dan urutan warga Indonesia yang akan disuntikkan vaksin Covid-19.

Suasana upacara pemakaman jenazah COVID-19 dengan upacara militer di kawasan TPU Pondok Ranggon Blok Unit Kristen, Jakarta Timur, Kamis (3/12/2020). Lahan khusus untuk jenazah COVID-19 muslim di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, penuh. Karena itu, TPU Pondok Ranggon memutuskan hanya melayani jenazah COVID-19 muslim dengan sistem tumpang. Dikutip dari Detikcom Foto: TPU Korban Covid-19 di kawasan TPU Pondok Ranggon. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Aturan ini tertuang dalam Permenkes No.84 tahun 2020 tentang pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 yang ditandatangani Menteri Kesehatan Terawan Putranto dan berlaku sejak 14 Desember 2020.

Prioritas penerima vaksin pertama adalah para nakes (tenaga kesehatan), asisten nakes tenaga penunjang yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya.

Selanjutnya, tokoh masyarakat/agama, pelaku perekonomian strategis, perangkat daerah kecamatan, perangkat desa, dan perangkat rukun tetangga/rukun warga.

Prioritas berikutnya, guru/tenaga pendidik dari PAUD/TK, SD, SMP, SMA, atau setingkat/sederajat, dan perguruan tinggi; aparatur kementerian/lembaga, aparatur organisasi perangkat Pemerintah Daerah, dan anggota legislatif.

Prioritas lainnya adalah masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi dan masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setahun Pandemi Covid-19 RI Dalam Bidikan Lensa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular