
Bukan Happy, Pengusaha Hotel Malah Pusing di Akhir Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang momen libur natal dan tahun baru, pelaku pariwisata harus menghadapi momen sulit dengan banyaknya pembatalan booking atau reservasi hotel dari calon wisatawan. Pembatalan ini dipicu karena pengetatan bepergian dengan mewajibkan tes PCRÂ hingga tes antigen.
Pelaku pariwisata dibuat pusing, bukan hanya karena harus menyiapkan skema baru demi kelangsungan usahanya, namun juga berkomunikasi dengan online travel agent (OTA) dalam pembatalan reservasi maupun perubahan jadwal.
"Kalau cancel hotel jadi bingung. Apalagi cancel dengan pihak ketiga atau OTA. Susah dibahasakan ketika tamu minta batal ke hotel, bukan ke OTA. Kemudian kita harus berkoordinasi dengan teman-teman di OTA, baik Traveloka, Pegipegi dan semuanya. Baik hotel-hotel korporasi, maupun hotel non korporasi. Cancel ya sebagai pilihan terakhir," kata Ketua Umum Indonesian Hotel General Manager Association Arya Pering Arimbawa kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/12).
Keputusan konsumen yang melakukan reservasi yang sudah diatur sejak awal, maka beragam persiapan dan pengaturan jadwal, baik penerbangan, hotel hingga destinasi wisata lain sudah diatur oleh online travel agent. Jika harus mengubahnya, maka ada perubahan signifikan untuk jadwal di tanggal-tanggal lainnya.
Meski demikian, setidaknya itu lebih baik dibanding pembatalan secara total, karena uang yang masuk sudah diputar dengan beragam kebutuhan usaha.
"Salah satu opsi dengan kasih alternatif booking, artinya apa kamar yang sudah dibayar menjadi prepaid voucher ke depan. Kemudian yang sudah booking dan nggak mau cancel kita atur internal sesuai protokol kesehatan. Contohnya kumpul perayaan nggak boleh atau pesta malam tahun baru nggak boleh," sebut Arya.
"Kami siasati dengan langkah ketika tamu datang kita beri welcome letter, yang isinya ada instruksi dari pimpinan daerah setempat sesuai protokol kesehatan yang diarahkan," lanjutnya.
Enggan kejadian serupa terulang, Ia berharap pemerintah mau mengajak bicara pelaku pariwisata bisa menyiapkan hal-hal detil dengan sebaik-baiknya. Ia berharap ke depan tidak ada perubahan mendadak dalam keputusan yang mengakibatkan ekosistem usaha semuanya terganggu.
"Kalau bicara strategi tahun 2021 ya bergandengan dengan pemerintah. Kita perlu tahu kebijakan pemerintah seperti apa. Kaya kita pelaku lapangan langsung yang bukan pelaku pemilik. Sehingga dalam menentukan strategi itu enak. Perlu kolaborasi, karena yang kena semua, travel agency, Inaca di penerbangan, guide juga," jelasnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Hotel Baru Mau Napas, Eh Omicron Ngamuk!